Pekanbaru (ANTARA News) - Organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace mengajak mahasiswa di Pekanbaru, Riau, untuk menyelamatkan habitat Harimau Sumatera dengan mengadakan Workshop bertajuk "Save Forest Tiger Habitat".

Menurut Juru Kampanye Greenpeace, Joko Arief di Pekanbaru, Jumat mengatakan, acara ini sebagai cara untuk memberikan arahan kepada mahasiswa sebagai generasi muda bangsa agar bisa melestarikan, dan mencintai lingkungan, terlebih-lebih lagi hutan di Riau.

"Kami ingin merangkul generasi muda untuk perduli menjaga kelestarian lingkungan dan berharap mereka bisa ikut menyuarakannya," kata Joko.

Menurut Joko untuk saat ini kondisi hutan ditanah air sangat mengenaskan akibat praktek ilegal loging yang terus dilakukan oleh para pembabat hutan.

"Terlebih-lebih Hutan di Riau saat ini, kini berubah menjadi Hutan Tanaman Industri HTI yang secara tidak langsung sudah menghancur habitat Harimau Sumatera, seharusnya harus dijaga dan dilindungi," ungkapnya.

Ia juga menambahkan begitu pentingnya menjaga habitat Harimau Sumatera, karena harimau ini dulunya merupakan sahabat-sahabat dari penduduk asli Sumatera.

"Tapi kalau sekarang manusia sudah menjadi musuh bagi Harimau Sumatera, akibat habitatnya dibabat oleh tangan jahil manusia, sehingga sering didengar terjadi konflik harimau menyerang manusia di Riau, mereka marah habitatnya dihancurkan," tutur Joko.

Kerusakan hutan, lanjutnya, tak hanya berakibat pada satwa dilindungi melainkan juga menimbulkan banyak konflik harimau dan manusia yang merugikan kedua pihak.

"Kami ingin menyampaikan pesan, bahwa kerusakan yang terjadi saat ini apabila tidak segera dihentikan, maka akan berdampak kepada kalian juga," ujarnya.

Dalam penjelasannya, Joko menjelaskan bahwa hutan sebagai habitat harimau kini makin rusak akibat pembukaan lahan perkebunan yang tak terkendali. Akibatnya, Harimau Sumatera terancam punah dan diperkirakan tinggal 400 ekor di Indonesia.

Joko juga berpesan kepada mahasiswa dan generasi muda Riau, untuk bersama-sama memelihara dan melestarikan hutan sebagai habitat Harimau Sumatera yang diambang kepunahan.

"Mari kita bersama-melestarikan lingkungan hutan sebagai habitat Harimau Sumatra, yang sudah menjadi sahabat dari nenek moyang kita dahulu," katanya.

Dalam kesempatan itu Joko memutarkan tiga buah film pendek tentang kerusakan alam di Indonesia, dampak kerusakan hutan terhadap satwa dilindungi seperti Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrea), dan peta kerusakan hutan di Provinsi Riau.

Pada kesempatan itu juga selain melakukan kampanye lingkungan, Greenpeace juga bekerjasama dengan pewarta LKBN ANTARA Biro Riau FB Anggoro untuk memberikan presentasi tentang perkembangan media sosial di tengah masyarakat.

Menurut Ryan Anggoro, Intinya adalah untuk mendorong generasi muda untuk mengoptimalkan perangkat teknologi berbasis internet, seperti Facebook dan Twitter, untuk mengkampanyekan kelestarian lingkungan hingga melakukan kegiatan sosial.

"Jadi dizaman serba tegnologi ini mahasiswa harus kritis dengan berbagai hal, apalagi dengan dukungan perangkat tegnologi yang sudah canggih saat ini," ucap Ryan.

Selanjutnya Ryan Menambahkan peran Media sosial saat ini bisa mengalahkan media-media massa yang lain , karena menurutnya media sosial ini bisa di update perdetiknya dan jengkauannya juga lebih luas.

"Contoh positifnya tentang kejadian Bayi Siti Rahmah jantung diluar, berkat bantuan media sosial banyak yang memberi simpati dan bantuan, akhirnya dia langsung dibantu oleh Pemprov Riau dan sekarang sudah dibawa berobat ke Jakarta" ungkap Riyan.
(ANT-289/K005)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011