Jakarta (ANTARA News) – PT Bio Farma (Persero) memaparkan berbagai informasi mengenai imunisasi dalam satu diskusi panel di Jakarta, Sabtu, untuk menjawab pro dan kontra seputar imunisasi yang beredar di masyarakat.

Dalam diskusi bertema "Pro dan Kontra Imuniasi" yang diselenggarakan oleh Majalah Ayahbunda di Gedung Mensa Jalan HR Rasuna Said Jakarta, Bio Farma menghadirkan Kepala Bagian Pengembangan Vaksin Kombinasi/Sektor Research DR. Neni Nurainy, Apt sebagai pembicara.

Di hadapan perwakilan komunitas pembaca Ayahbunda, baik yang pro maupun kontra imuniasi, hadir pula sebagai pembicara Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI dan Ketua Komite Ahli Penasehat Imunisasi Program Imunisasi, dan dr. Kenny Peetosutan, perwakilan dari UNICEF Indonesia.

Tiga pilar utama dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, yaitu tindakan preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Imunisasi merupakan tindakan preventif dalam pencegahan berbagai penyakit menular.

Program imunisasi dalam kurun waktu 20 tahun telah mencapai tingkat yang memuaskan dengan mampu mengurangi kebutuhan kuratif dan rehabilitatif. Namun, dalam kurun waktu enam tahun terakhir, cakupan imunisasi mengalami penurunan. Hal ini terjadi sejak ditemukan kembali kasus Polio pada periode 2005-2006 di daerah Cidahu, Sukabumi.

Penurunan cakupan imunisasi ini terjadi salah satunya disebabkan oleh adanya kampanye anti imunisasi dari sekelompok masyarakat. Imunisasi dianggap tidak berguna dan berbahaya, karena sekelompok masyarakat merasa takut pada efek samping yang diberikan daripada penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Kenyataannya, imunisasi memiliki manfaat yang sangat besar baik secara individu, sosial, maupun dalam menunjang sistem kesehatan nasional. Antara 80 – 95% anak yang mendapatkan imunisasi akan terhindar dari berbagai penyakit menular dengan begitu akan menekan angka kesakitan dan kematian bagi bayi dan anak-anak.

Dengan melakukan imunisasi, kita tidak hanya menciptakan kekebalan individu tapi juga memutus mata rantai penularan penyakit dari anak ke anak yang lain atau orang dewasa (manfaat sosial).

Manfaat lain dengan melakukan imunisasi, yaitu kita dapat menurunkan angka pengobatan dan perawatan, mencegah kematian, serta kecacatan yang akan menjadi beban masyarakat seumur hidup.

Imunisasi mampu meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan daya produktivitas tubuh menjadi lebih baik, hal ini diungkapkan oleh N. Nurlaela, Kepala Bagian Public Relations PT Bio Farma (Persero).

Saat ini vaksin yang beredar di masyarakat telah mempunyai keamanan dengan menggunakan standar kualitas internasional sehingga mampu meningkatkan kekebalan yang lebih baik dan mampu bertahan dalam jangka waktu lebih lama.

Sepuluh tahun terakhir, perkembangan vaksin mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bio Farma telah melakukan inovasi melalui sinergi ABG (Academic, Business, dan Government) untuk mempercepat (quick win) proses produksi.

Proses produksi vaksin masa depan diharapkan dapat memproduksi vaksin yang aman, tahan lama, berkurangnya efek samping yang ditimbulkan, antigen yang tepat, adjuvant yang aman, memiliki protein aktif dan menggunakan DNA rekombinan.

Bio Farma merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah (BUMN) yang bertugas untuk memproduksi vaksin dan anti sera bagi kepentingan kesehatan di Indonesia. Bio Farma telah memperoleh prakualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) mampu menjadikan Indonesia satu dari hanya 30 negara di dunia yang mampu mengekspor vaksin ke luar negeri.

Selain itu, Bio Fama menjadi kiblat industri vaksin halal bagi 57 negara Islam yang tergabung dalam “Self Reliance Vaccine Producer - Islamic Development Bank (SRVP - IDB)” dengan program vaksin halal dan berkualitas (thoyib) yang telah menghasilkan 1,7 miliar dosis vaksin sampai dengan tahun 2010. (*)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011