Semarang (ANTARA News) - Universitas Negeri Semarang, menggelar kirab budaya Jawa, Kamis, berupa arak-arakan ratusan mahasiswa dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) yang berpakaian adat berkeliling kampus tersebut.

Di barisan terdepan terlihat replika gunungan yang kerap digunakan saat ritual "sedekah bumi", dihiasi buah-buahan dan sayuran dipanggul sejumlah mahasiswa, ada pula mahasiswa yang mengenakan kostum binatang kerbau.

Pada kirab budaya bertema "Mbangun Miturut Marang Jawa" itu, pakaian adat Jawa yang dikenakan mahasiswa tampak variatif dan berwarna-warni, kirab dimulai dari FBS Unnes kemudian berjalan berkeliling kampus tersebut.

Para mahasiswi terlihat mengenakan kebaya dengan model dan motif bervariasi, sedangkan kalangan mahasiswa mengenakan beskap, bahkan ada beberapa mahasiswa yang terlihat mengenakan pakaian ala petani pedesaan.

Pembantu Rektor I Unnes, Agus Wahyudin menjelaskan, kirab budaya tersebut merupakan rangkaian dari pergelaran "Gebyar Budaya dan Bahasa Jawa" yang digelar oleh FBS Unnes sebagai bentuk pelestarian kebudayaan Jawa.

"Ini (kirab, red.) sebagai upaya `nguri-uri` (melestarikan) kebudayaan Jawa, baik bahasa dan budayanya. Karena itu, kami sangat mengapresiasi langkah FBS menggelar kegiatan ini," katanya, di sela pelepasan kirab budaya.

Menurut dia, kebudayaan Jawa merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia dan menjadi kekuatan budaya leluhur yang harus terus dilestarikan, khususnya bagi kalangan generasi muda.

"Kalau untuk Unnes yang memiliki jargon `universitas konservasi`, kegiatan ini tentunya sangat erat kaitannya dengan langkah konservasi, sebagai bentuk pelestarian nilai, budaya, moral, dan peradaban Jawa," katanya.

Ia mengatakan, konservasi tak hanya sebatas pelestarian alam dan lingkungan, namun secara lebih jauh mencakup pelestarian nilai, moral, budaya yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.

"Kebudayaan Jawa yang diwariskan oleh para leluhur ini bisa diangkat sebagai referensi dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, untuk membentengi dari serbuan budaya asing di era globalisasi," kata Agus.

(U.KR-ZLS/M028)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011