Kita harus membuka mata karena kita tidak punya masa depan yang lebih baik bila ditangani oleh sistem yang dipegang kaum 1 persen ini,"
Jakarta (ANTARA News) - Puluhan orang menghadiri unjuk rasa "Occupy Jakarta" di pelataran Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu.

Mereka membentangkan poster seperti " 99 persen masyarakat ditindas 1 persen kapitalisme" serta "menentang kapitalisme dan neoliberal".

"Kita harus membuka mata karena kita tidak punya masa depan yang lebih baik bila ditangani oleh sistem yang dipegang kaum 1 persen ini," kata seorang perempuan saat orasi.

Secara bergiliran, satu persatu peserta unjuk rasa berorasi. Mereka mengaku ibu rumah tangga, dosen, peneliti, mahasiswa. Beberapa karyawan dari gedung Bursa Efek Indonesia juga bergabung sehingga sebagian peserta unjuk rasa adalah mereka yang mengenakan pakaian kantor lengkap dengan dasi.

“Gerakan ini bukan milik siapa-siapa, tapi milik kita semua. Artinya kita mewakili 99 persen
masyarakat yang tertindas di dalam sistem ini, yang ingin melakukan perubahan dan berusaha untuk menyadarkan masyarakat untuk memulai sesuatu yang baru, gerakan pembaharuan untuk menuju hidup yang lebih sejahtera,” ujar Sari Putri koordinator aksi damai Occupy Jakarta.

Sementara itu, Andreas (45) salah satu demonstran yang mengaku sebagi pekerja seni di sebuah organisasi seni terkenal, mengatakan bahwa satu persen itu adalah mereka yang ada dalam posisi sebagai pemilik modal dan penguasa. 

“Kami melihat bahwa telah terjadi kolusi dan kolaborasi antara penguasa yang akhirnya mengendalikan kebijakan, demi kepentingan segelintir orang untuk akumulasi modal dan mempertahankan kekuasaan,” ujar Andreas.

Poster lainnya yang diusung para demonstran antara lain bertuliskan "1 persen memperdagangkan tubuh 99 persen perempuan" dan "1 persen membuat sejarah, 99 persen mengubahnya."

Dalam aksi itu, para peserta secara sukarela menyumbang sejumlah uang untuk membeli minuman, bagi para demonstran.

Para peserta unjuk rasa juga  membersihkan sampah aksi mereka . Sampai pukul 14.00 WIB, mereka melakukan diskusi tentang kelanjutan program dan aksi mereka.
(SDP-02)

Pewarta: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011