... Alat tangkap pukat laut dalam sering dipakai, padahal itu jelas dinyatakan ilegal. Lebih parah lagi, pelaku-pelakunya semakin brutal...
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Laut China Selatan yang juga dikenal sebagai Laut Kuning, berposisi sangat strategis dan kaya akan sumber daya alam. Anugerah alami itu sering menjadi sumber konflik kepentingan bagi negara yang berada di sekitar perairan itu, di antaranya mengganggu pengelolaan sumber daya perikanan. 

"Konflik di Laut China Selatan yang tidak berakhir akan sangat mengganggu potensi sumber daya perikanan di daerah itu dan sekitarnya," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), M Riza Damanik, Minggu.

Dalam kondisi dunia yang semakin rawan terhadap ketersediaan pangan, katanya, konflik berkepanjangan yang berujung pada klaim kepemilikan wilayah laut itu, bisa semakin memperberat beban dunia terkhusus Asia Tenggara.

Konflik di perairan itu juga melahirkan praktik eksploitasi perikanan yang bertabrakan dengan hukum. "Alat tangkap pukat laut dalam sering dipakai, padahal itu jelas dinyatakan ilegal. Lebih parah lagi, pelaku-pelakunya semakin brutal," kata Damanik. 

Dalam KTT ASEAN kali ini, dalam kepemimpinan Indonesia sebagai negara ketua, hal ini dibahas secara khusus dalam sesi pertemuan di tingkat pejabat tinggi, yang kemudian hasilnya dilimpahkan ke tingkat menteri masing-masing negara anggota. 

Aturan Perilaku (Code of Conduct) kerja sama negara-negara di Kawasan Laut China Selatan akan menjadi salah satu forum pembuka dalam KTT ASEAN ke-19 ini, dalam pertemuan pejabat senior bertajuk Regional Code of Conduct of Parties in South China Sea, di Ruang Kintamani 6 - Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).

Mereka bisa bertemu dalam satu meja setelah terjadi adopsi bersama dan penerapan Deklarasi Aturan Perilaku Declaration of Conduct/DoC) pada Juli 2011 terkait sengketa di Laut China Selatan. Hal ini tercapai setelah sembilan tahun dilakukan perundingan marathon tentang perairan itu. (M040)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011