Nikosia (ANTARA News) - Pemimpin Tentara Bebas Suriah Riyadh al-Asaad telah menyerukan serangan udara asing terhadap "sasaran-sasaran strategis" di Suriah untuk mempercepat jatuhnya rezim, dalam wawancara melalui telpon dengan AFP.

"Kami tidak menyetujui masuknya tentara asing seperti kasus di Irak, tapi kami ingin masyarakat internasional memberi kami bantuan logistik," kata FSA Kolonel Asaad, yang bermarkas di perbatasan Turki.

"Kami juga menginginkan perlindungan internasional, pengadaan zona larangan terbang, zona penyangga dan serangan pada sasaran-sasaran strategis tertentu yang dianggap sebagai sangat penting oleh rezim itu," katanya.

Sebaliknya, pemimpin kelompok oposisi utama di pengasingan mengatakan setelah pembicaraan di Paris bahwa organisasinya tidak ingin melihat gerilyawan melancarkan serangan bersenjata terhadap pasukan Presiden Bashar al-Assad.

Di tengah ketakutan akan demonstrasi anti-rezim mematikan di Suriah sejak pertengahan Maret akan berubah menjadi perang saudara, Burhan Ghaliun dari Dewan Nasional Suriah mengatakan FSA sebaiknya berupaya untuk menghindari konfrontasi langsung dengan tentara rezim.

"Kami ingin militer ini melakukan aksi defensif untuk melindungi orang-orang yang telah meninggalkan militer (rezim) dan demonstrasi damai, tapi tidak melakukan tindakan ofensif terhadap militer," katanya, Kamis.

Tapi Asaad mengatakan campur tangah asing terbatas akan "memungkinkan kami untuk menang dalam waktu yang relatif pendek" dan memilih deretan rudal di daerah pantai sebagai sasaran utama bagi serangan.

FSA sekarang memiliki 20.000 orang dalam barisannya, yang bertambah setiap hari, kata kolonel itu.

"Kami memutuskan untuk membebaskan rakyat kita dan untuk membuat rezim ini jatuh," katanya. Ia menuduh rezim itu sekarang mengharapkan pada "tentara sewaan" yang dikirim oleh milisi Syiah Libanon Hizbullah dan oleh ulama Syiah anti-AS Moqtada Sadr.

PBB mengatakan lebih dari 3.500 orang, sebagian besar dari mereka warga sipil, telah tewas sejak demonstrasi meletus pada pertengahan Maret lalu, sementara ribuan orang ditahan.

FSA telah meningkatkan serangan dalam beberapa pekan belakangan ini dan secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas operasi mematikan terhadap militer dan anggota-anggota milisi pro-rezim.

"Kami mengharapkan rezim Assad akan menemui akhir yang sama seperti akhir (Muamar) Gaddafi di Libya," kata Asaad.

Juru bicara Deplu AS Mark Toner mengatakan pada akhir September, mereka tidak terkejut bahwa oposisi Suriah berpaling ke kekerasan sebagai "aksi penjagaan diri" dari penumpasan berdarah. (S008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011