Koba, Bangka Tengah (ANTARA News) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Hasyim Sya`roni, meminta masyarakat Islam merayakan tahun baru 1 Muharam 1433 Hijriyah sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

"Merayakan 1 Muharam boleh-boleh saja, namun jangan berlebih-lebihan, karena menyimpang dari contoh yang diberikan Rasulullah SAW, sehingga saya meminta agar umat Islam tetap berpegang teguh dengan tuntunan beliau," ujarnya di Koba, Sabtu.

Ia menjelaskan, berbagai cara yang dapat dilakukan umat Islam dalam merayakan tahun barunya seperti memperbanyak berzikir, berdoa dan bersyukur kepada Allah atas nikmat dan rahmat yang telah diberikanNya selama ini salah satunya nikmat umur panjang.

"Bukan malah merayakannya penuh dengan kubangan kemaksiatan, karena orang-orang yang bukan muhrim berkumpul menjadi satu di tengah keheningan malam," ujarnya.

Ia mengatakan, perayaan tahun baru Islam, khususnya di Provinsi Babel kebiasaan masyarakatnya adalah merayakannya mirip saat hari raya Idul Fitri ataupun Idul Adha dengan menyajikan aneka makanan kepada para tamu yang datang.

Pada perayaan itu, kata dia, biasanya lebih ramai dibandingkan kedua hari besar Islam tersebut, karena tidak seluruh daerah merayakannya, sehingga desa tidak merayakan mendatangi desa yang lebaran.

Ia mencontohkan, saat perayaan 1 Muharam di Desa Kenanga Kabupaten Bangka yang akan digelar pada Minggu (27/11) biasanya ribuan masayarakat dan kendaraan memadati jalan raya, sehingga aktivitas arus lalu lintas dari arah Sungailiat ke Pangkalpinang atau sebaliknya macet total.

"Kondisi seperti itu sudah terjadi setiap tahun, karena sebagian daerah di Provinsi Babel tidak merayakan 1 Muharam seperti hari raya," ujarnya.

Sementara itu, kata dia, di beberapa desa di kabupaten lainnya di Provinsi Babel merayakan 1 Muharam dengan menganggung di Masjid-masjid sambil berzikir dan berdoa bersama memohon kepada Allah agar diberikan kenikmatan berupa nikmat iman, islam dan kesehatan.

Menurut dia, 1 Muharam memang tahun baru sekaligus sebagai tahun kemenangan umat Islam setelah setahun melalui berbagai cobaan dalam menjalani kehidupan di dunia, sehingga tidak disalahkan jika umat Islam merayakannya dengan syarat tetap berpegang teguh pada tuntunan nabi.

"Saya berharap pada perayaan tahun baru tersebut tidak menjadi sebuah momen yang justru mengantarkan umat Islam ke dalam perbuatan dosa, sehingga Allah murka," ujarnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011