Paris (ANTARA News) - Krisis zona euro sekarang satu langkah dari kejatuhan negara-negara maju ke dalam jurang resesi dan bahkan depresi, dengan gelombang kebangkrutan dan kehancuran kekayaan di Eropa, OECD memperingatkan pada Senin.

Zona euro sudah dalam sedikit resesi dan kredibilitas pemerintah untuk menjaga keseimbangan zona euro di kawat tinggi telah ditarik ke batas: satu langkah yang salah sekarang bisa membalikkan Amerika Serikat, Jepang dan negara maju lainnya ke dalam lanskap suram baru.

Kebijakan fiskal yang sangat ketat mengirim ekonomi AS ke arah stagnasi, OECD memperingatkan sepekan setelah kegagalan upaya Kongres untuk mencapai sebuah kesepakatan pemotongan belanja dan langkah-langkah stimulus.

"Krisis kawasan euro merupakan risiko utama untuk perekonomian dunia pada saat ini," kata OECD dalam sebuah laporan prospek yang luar biasa dingin." Sebuah peristiwa negatif besar akan ... paling mungkin mengirim wilayah OECD secara keseluruhan ke dalam resesi."

Bahkan jika pembuat kebijakan mengelola untuk menghindari yang terburuk, zona euro berada dalam untuk sebuah resesi singkat dan Amerika Serikat untuk periode pertumbuhan yang lambat, dengan negara-negara berkembang juga terpukul.

China akan melambat tetapi masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat dengan inflasi yang moderat.

Tetapi OECD, memproyeksikan pertumbuhan kawasan OECD 1,9 persen tahun ini dan 1,6 persen tahun depan, mengatakan jika kebijakan fiskal AS mengurangi pertumbuhan ekonomi AS akan menjadi 1,7 persen pada 2011 dan 2,0 persen pada 2012.

Zona euro ditetapkan untuk pertumbuhan 1,6 persen tahun ini dan tahun berikutnya hanya 0,2 persen, OECD menurut laporan AFP mengatakan, tetapi juga menekankan masih ada waktu untuk menentukan tindakan oleh pembuat kebijakan guna menopang kredibilitas yang terserang dan mencegah prospek jauh lebih buruk.

Bank Sentral Eropa akan membeli obligasi pemerintah yang terdevaluasi dalam jumlah besar dan tingkat suku bunga akan jatuh, OECD mengatakan, mengambil garis berlawanan terhadap Jerman yang sejauh ini telah menolak pembelian obligasi tambahan, menyatakan bahwa prioritasnya adalah bagi negara-negara dalam masalah untuk mereformasi ekonomi mereka.

(SYS/A027)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011