Magelang (ANTARA News) - Tradisi "Suran Tutup Ngisor" di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dikemas oleh seniman petani setempat sebagai ungkapan syukur petani atas kesuburan kawasan Gunung Merapi.

"Tradisi itu akan menjadi kesempatan kami menyampaikan sedekah, ungkapan terima kasih atas Bumi Merapi yang membawa kesuburan," kata pemimpin komunitas seniman petani Padepokan Tjipto Boedoyo Tutup Ngisor di kawasan barat Gunung Merapi, Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sitras Anjilin di Magelang, Selasa.

Rangkaian tradisi perayaan Tahun Baru Jawa, Sura, oleh komunitas setempat rencananya pada 8-11 Desember 2011 antara lain ditandai dengan penataan kompleks padepokan yang berdiri pada 1937 itu, kenduri, tirakatan, pentas wayang sakral, kirab jatilan, dan pementasan berbagai kesenian tradisional.

Ia mengatakan, di panggung pementasan wayang orang di pendopo padepokan itu bakal dipasang puluhan macam sesaji terutama berasal dari hasil pertanian di sekitar padepokan yang didirikan oleh Romo Yososudarmo (almarhum).

"Itu salah satu wujud kami, keluarga besar padepokan mengungkapkan syukur atas pertanian yang melimpah di Merapi ini," katanya.

Selain itu, katanya, wayang orang sakral berjudul "Lumbung Tugu Mas", menceritakan perjuangan keluarga Pandawa membangun lumbung yang akan dimainkan oleh para seniman petani setempat juga tidak lepas dari spirit Dewi Sri sebagai lambang kesuburan dalam budaya Jawa.

Puncak perayaan tradisi "Suran Tutup Ngisor" bertepatan dengan 15 Sura atau bulan purnama, yang akan jatuh pada 10 Desember 2011.

"Suran Tutup Ngisor" salah satu di antara empat tradisi yang harus dijalani komunitas itu setiap tahun. Tiga lainnya yakni perayaan Idul Fitri, Maulud Nabi Muhammad, dan HUT RI.

Komunitas seniman petani padepokan itu berbasis tradisi kesenian wayang orang.

Ia mengemukakan, letusan Gunung Merapi yang disusul dengan banjir lahar melalui berbagai aliran sungai, termasuk Kali Senowo yang salah satu alurnya tak jauh dari Padepokan Tjipto Boedoyo Tutup Ngisor, tidak semata-mata dipandang sebagai peristiwa bencana.

Tetapi, katanya, aktivitas terkait dengan Merapi tersebut juga menjadi sumber kemakmuran masyarakat, inspirasi nilai kearifan lokal, dan khasanah seni budaya.
(M029*H018)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011