... Kedua tuduhan itu tidak terbukti, namun Amerika Serikat tetap menduduki negara sangat kaya minyak yang terkoyak perang tersebut...
Baghdad (ANTARA News) - Bendera Amerika Serikat, The Star and Stripes, diturunkan dalam upacara militer dari tiangnya, yang berdiri di dekat Baghdad, Kamis sore waktu setempat. Itulah penanda akhir perang sembilan tahun bagi Amerika Serikat di Irak.

AFP menyatakan, upacara militer itu dilakukan setelah serbuan bermasalah untuk menggulingkan presiden Saddam Hussein, sembilan tahun lalu. Hussein telah diadili dan dieksekusi dan Irak setelahnya menghadapi perpecahan faksi dan etnik serius.

Upacara itu dihadiri pejabat, termasuk Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, Panglima Mandala Amerika Serikat di Irak, Jenderal Lloyd Austin, Duta Besar Amerika Serikat untuk Irak, James Jeffrey, Ketua Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, Jenderal Martin Dempsey, dan Kepala Pusat Komando Pusat Amerika Serikat, Jenderal James Mattis.

Irak diwakili Kepala Staf Tentara Irak, Letnan Jenderal Babaker Zebari, dan Juru Bicara Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Mohammed Askari.

Sekitar 160 tentara Amerika Serikat juga hadir. Sangat berlawanan dengan betapa gegap-gempita dan seru penggelaran pasukan dan persenjataan serta mesin-mesin perangnya di Irak sembilan tahun lalu.

Saddam Hussein digulingkan dengan alasan memiliki senjata pemusnah massal dan bersekutu dengan Al Qaeda, yang dituduh melakukan serangan terhadap Amerika Serikat pada 2001. Tuduhan itu juga akhirnya mengundang sanggahan dari banyak pihak, baik dari dalam negara Amerika Serikat sendiri ataupun internasional. Senjata pemusnah massa itu tidak pernah bisa ditunjukkan kepada publik oleh pihak penuduh.

Kedua tuduhan itu tidak terbukti, namun Amerika Serikat tetap menduduki negara sangat kaya minyak yang terkoyak perang tersebut.

Amerika Serikat juga mendapat sorotan sesudah tentaranya melakukan pelecehan di penjara Abu Ghraib dan anggota pasukan keamanan swastanya menembaki rakyat tak berdosa.

Terdapat sedikit lebih dari 4.000 tentara Amerika Serikat di Irak, tapi mereka akan berangkat dalam beberapa hari mendatang. Sejak digelar sembilan tahun lalu, 170.000 personel militernya bertugas di sana dalam lebih dari 500 markas berbagai satuan itu.

Sejumlah 4.484 tentara Amerika Serikat tewas di Irak sejak serbuan pimpinan negara adidaya itu untuk menggulingkan Saddam Hussein pada 2003. 2007 merupakan tahun neraka bagi mereka, 904 tentaranya tewas.

Bukan cuma personel militer Amerika Serikat yang tewas, karena 4.802 tentara negara-negara koalisi --Inggris, Kanada, Australia, Perancis, Jerman, dan lain-lain-- tewas di negara Timur Tengah itu. Juga 2007 adalah tahun paling mematikan bagi personel koalisi itu, 961 tewas di sana. .

Upacara militer penurunan bendera Amerika Serikat itu terjadi sehari setelah ratusan orang di Fallujah membakar bendera negara adidaya itu, dan meneriakkan dukungan-dukungan terhadap "perlawanan".

Fallujah, kota dengan sekitar setengah juta orang di barat Bagdad, masih sangat terluka oleh dua serangan tentara Amerika Serikat pada 2004. Pada saat itulah, Fallujah menjadi palagan yang dianggap salah satu tersengit bagi Amerika Serikat sejak perang Vietnam.

Fallujah adalah tempat aksi-aksi demonstrasi penuh kebencian kepada Amerika Serikat digelar setelah  serbuan pada Maret 2003. Pada saat itu, penduduk Fallujah melemparkan sepatu mereka ke tentara Amerika Serikat.

Namun, pada Maret 2004, empat karyawan Amerika Serikat dari perusahaan swasta keamanan Blackwater, kini berganti nama menjadi Xe, dibunuh secara keji di kota itu. Keempat kontraktor itu bahkan dibakar dan mayat-mayatnya digantung di jembatan besi di kota penting Irak itu.

Pada tahun itu, tentara Amerika Serikat melancarkan dua serangan besar terhadap Fallujah, dengan tanda masih terlihat saat ini dengan gedung runtuh dan lubang peluru di dinding.

Serangan pertama pada April bertujuan memadamkan perlawanan Sunni, yang berkembang, tapi gagal.
Fallujah menjadi wilayah kekuasaan Alqaida dan sekutunya, yang secara hakiki menguasai kota tersebut.

Pada November, gempuran kedua dilancarkan, hanya beberapa bulan sebelum pemilihan umum untuk anggota parlemen pada Januari 2005.

Sekitar 2.000 warga dan 140 orang Amerika Serikat tewas serta pertempuran itu dianggap salah satu tersengit bagi Amerika Serikat sejak perang Vietnam. (SYS)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011