... pemerintahan junta telah membangun dasar-dasar bagi perubahan-perubahan tersebut...
Yangon (ANTARA News) - New Light of Myanmar, media pemerintah yang dikenal sebagai pendukung eks-junta militer, Selasa, merayakan 2011 sebagai tahun berakhirnya rezim "otoriter".

Media corong pemerintah ini mengatakan, 2011 yang ditandai dengan kelahiran pemerintahan sipil baru secara normal dan pelaksanaan serangkaian tanda-tanda reformasi merupakan "masa transisi dari era lama ke era baru".

"Mayoritas pengamat internasional kembali disajikan fakta bahwa Myanmar yang dulu dipimpin pemerintahan Tatmadaw (militer) telah mulai menerapkan demokrasi," sebut tajuk rencana media ini menjelang perayaan Hari Kemerdekaan pada 4 Januari.

Menurut laporan New Light of Myanmar edisi Selasa itu, pemerintahan junta telah membangun dasar-dasar bagi perubahan-perubahan tersebut.

"Kemauan baik" rezim junta itu sepatutnya mendapat pengakuan bersamaan dengan "pemberlakuan perubahan negara pada kadar tertentu secara damai dan stabil".

Myanmar yang mengalami isolasi internasional hampir setengah abad dan pemerintahan militer yang keras terhadap para pembangkang memasuki masa transisi ke pemerintahan sipil yang didukung angkatan darat pada Maret 2011.

Penguasa baru itu mengejutkan pengamat dan menimbulkan harapan perubahan lebih lanjut dengan melakukan serangkaian gerakan perubahan, termasuk berembuk dengan tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi dan merangkul Barat.

Sampai tahun lalu, New Light of Myanmar banyak memuat berita tentang jenderal dan serangan terhadap media asing serta judulnya tetap tidak "miring" terhadap kepemimpinan saat ini.

Bagian tanggapan menyatakan tahun itu adalah yang paling penting dalam sejarah negara tersebut dan mengatakan bahwa itu ditandai perubahan luar biasa.

Laporan tersebut memuji pertemuan tahun lalu antara Suu Kyi dengan Presiden Thein Sein, mantan perdana menteri, dan menyatakan keputusan penerima Nobel itu dan partainya ikut dalam pemilihan umum mendatang adalah "keberhasilan penting".

Ia juga memuji keputusan mengejutkan pemerintah menunda pembangunan dukungan China atas bendungan raksasa dan upaya merundingkan gencatan senjata dengan kelompok suku pemberontak, meskipun mengakui bahwa perundingan itu tidak semua berhasil, dengan pertempuran berlanjut di negara bagian Kachin, Myanmar utara.

Pada masa lalu, penguasa cenderung menggunakan ulang tahun kemerdekaan negara itu dari Inggris pada 1948 untuk memperingatkan rakyatnya tetap waspada terhadap bahaya dari negara lain.

New Light mengatakan negara itu lebih baik daripada yang mengalami campur tangan asing, seperti, Irak, dan dilanda gelombang unjukrasa di dunia Arab.

Tapi, nada koran itu terhadap dunia luar tak tampak, dengan memusatkkan perhatian pada manfaat "mendayung perahu kami sendiri".

Untuk gerakan rujuknya, Myanmar pada November dihargai dengan menjadi ketua ASEAN pada 2014, meskipun kelompok hak asasi mengatakan tindakan itu terlalu dini.

Negara yang juga dikenal sebagai Birma itu melepaskan kesempatan mengetuai ASEAN pada lima tahun lalu akibat tekanan dunia untuk perubahan demokratik.

Myanmar menjadi masalah bagi negara-negara anggota ASEAN yang lebih demokratis.

Selain Myanmar, ASEAN juga beranggotakan Indonesia, Brunei, Kamboja, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Laos dan Vietnam.

Sebagai ketua ASEAN, Myanmar akan diminta berbicara atas nama kelompok dan tuan rumah sejumlah pertemuan, termasuk KTT Asia Timur yang juga beranggotakan Amerika Serikat. (SYS)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012