Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Sepuluh tahun lalu, tentara Amerika Serikat membawa Haji Shahzada dari rumahnya di desa Afghanistan pada dini hari dan mengirimnya ke penjara mengerikan di Kuba.

Sepuluh tahun kemudian, saat pulang ke pertanian kecilnya, ia sangat membenci rakyat Amerika Serikat dan menyatakan akan membalas dendam jika punya kesempatan, lapor AFP.

Akhtar Mohammad juga diseret dari rumahnya oleh tentara Amerika Serikat, yang menyerbu Afghanistan pada Oktober 2001, dan juga dikirim ke penjara tentara kejam di teluk Guantanamo di pulau Karibia itu.

Ia juga mengalami kepahitan, tapi dalam mengungkapkan hubungan rumit kedua negara itu, penjual mobil tersebut belum ingin pasukan Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan, karena takut perebutan kekuasaan berdarah di antara panglima perang bersaing.

Kedua orang itu dituduh menjadi anggota gerakan pegaris keras Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan oleh sekutu pimpinan Amerika Serikat sesudah serangan Alqaida terhadap New York dan Washington pada 11 September 2001.

Keduanya menyatakan tidak bersalah dan penculik mereka gagal membuktikan sebaliknya, melepaskan mereka setelah bertahun-tahun di penjara dan dengan demikian membuat mereka pahlawan untuk pranata, yang banyak dicerca kelompok hak asasi di seluruh dunia.

"Saya diberi surat bahwa saya tidak bersalah. Apa yang harus saya lakukan dengan surat itu setelah aku menghabiskan empat tahun di penjara?" kata Shahzada, berusia sekitar 50 tahun, yang wajah kurusnya dibingkai janggut besar beruban, mempertanyakan.

"Mereka masuk rumah saya, memborgol saya di rumah saya, isteri saya ada di sana, anak-anak saya tidur di sana," katanya kepada kantor berita Prancis AFP di rumahnya di luar kota Kandahar, Afghanistan selatan.

"Jika memiliki kesempatan berkuasa, saya akan membalas dendam dan menghukum orang Amerika Serikat. Mereka bukan orang baik. Mereka tidak akan menjadi teman kita. Mereka harus meninggalkan negara kami sekarang," katanya.

Ketidakadilan pemenjaraan tanpa pengadilan dan laporan perlakuan kasar di kurungan di Guantanamo itu, yang menerima tahanan pertamanya dari perang "dunia" melawan teror tersebut pada 11 Januari 2002, didorong rasa benci Amerika Serikat, kata penulis dan pengulas Afghanistan Waheed Mujhda.

"Guantanamo menjadi unsur penyumbang besar bagi peningkatan kekerasan dan kekuatan di Afghanistan dan Pakistan terhadap Amerika Serikat," katanya kepada AFP.

"Banyak orang bukan Taliban dipenjara di Guantanamo. Saya tahu yang ikut Taliban setelah mereka bebas dari Guantanamo," katanya.

Shahzada menyatakan dituduh Mullah Khairullah, pemimpin kawakan Taliban di daerah itu, dengan menambahkan, "Ada lima atau enam orang lain ditangkap sebagai Mullah Khairullah."

Ayah delapan anak itu menceritakan dipermalukan dengan ditelanjangi dan harus menggunakan toilet bersama orang lain, yang terlarang dan melanggar dalam tata nilai budaya rakyat Afghanistan.

"Saya heran bahwa hati saya tidak berhenti merasa malu, bagaimana aku bisa menjadi orang Pashtun lemah dengan melakukan itu. Saya tidak tahu," kata Shahzada.

Kaum Pashtun, yang terutama tinggal di Afghanistan selatan, sangat bangga akan budaya lama mereka dan insan mandiri serta dewasa.

Shahzada, seperti rekan mantan tahanan Akhtar Mohammad, menyatakan bukan anggota Taliban, yang disasar Amerika Serikat, karena menampung pemimpin Alqaida Osama Ladin pada saat serangan 11 September itu.

"Ketika Taliban digulingkan dari kekuasaan, orang Amerika Serikat menyerang rumah saya," kata Mohammad kepada AFP dari toko penyalur mobilnya di kabupaten Marawara di propinsi Kunar, Afghanistan timur.

Mereka menuduhnya bekerja dengan pemimpin Taliban Mullah Omar dan mengetahui bin Ladin, menyekapnya pertama di penjara tentara Amerika Serikat di pangkalan udara Bagram di luar Kabul selama empat bulan dan kemudian di teluk Guantanamo hampir empat tahun.

"Itu benar-benar tidak adil," kata Mohammad, pria tinggi berjanggut berusia 45 tahun, "Saya belum melihat Mullah Omar dan Osama bin Ladin, hanya mendengar nama mereka."

Mohammad menyatakan menginginkan ganti rugi dari Amerika Serikat atas pemenjaraan itu, namun belum ingin melihat pasukan negara adidaya tersebut meninggalkan Afghanistan.

"Jika Amerika Serikat menarik pasukan mereka dari Afghanistan, perselisihan warga dan pertempuran sesama akan kembali di negara ini. Tentara Amerika Serikat harus meninggalkan Afghanistan dalam keadaan tepat pada masa depan," katanya.

Sekitar 130.000 tentara pimpinan Amerika Serikat masih di negeri itu, memerangi pejuang pimpinan Taliban di seluruh Afghanistan. Pasukan tempur sekutu itu ditetapkan meninggalkan negara tersebut pada akhir 2014, menyerahkan kendali kepada pasukan Afghanistan.

Sedikit-dikitnya, 20 warga Afghanistan diyakini termasuk di antara 171 tahanan tersisa di teluk Guantanamo dan baik pemerintah Afghanistan maupun Taliban ingin mereka dibebaskan.

Namun, Taliban dilaporkan minta tahanan itu dikirim ke Qatar, tempat gerakan itu berencana mendirikan kantor politik, yang dilihat sebagai awal kemungkinan pembicaraan perdamaian dengan Amerika Serikat, sementara pemerintah ingin mereka dikirim ke Kabul.

Masalah rakyat Afghanistan ditahan pasukan Amerika Serikat mencuat kembali pada pekan lalu ketika Presiden Hamid Karzai tiba-tiba mengumumkan bahwa ia ingin semua tahanan di penjara Bagram di luar Kabul -yang dikenal sebagai "Guantanamo Afghanistan"- diserahkan kepada kendali Afghanistan dalam waktu satu bulan.

Langkah itu terjadi sesudah muncul tanda Karzai prihatin akibat dikesampingkan dalam pembicaraan antara Taliban dengan Amerika Serikat. Ia menegaskan bahwa setiap perundingan harus dipimpin pemerintahnya. (B002/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012