Palembang (ANTARA News) - Tim anggar Sumatera Selatan memutuskan keluar dari Wisma Atlet Jakabaring, Palembang, setelah beberapa di antara atletnya menderita sakit tifus, kata pelatih, Lucky Ramdhani.

"Ada dua orang atlet dan satu pelatih yang terkena sakit tifus, sehingga sejak sepekan terakhir saya putuskan untuk memulangkan atlet ke rumah masing-masing," ujar Lucky, di Palembang, Kamis.

Dia menyebutkan, dua atlet itu, Ade Indra dan Dwi Oktaria.

Sedangkan pelatih yang terkena tifus adalah Lukman Ahmadi yang merupakan pelatih kepala.

"Ade dan Lukman saat ini masih dirawat di Rumah Sakit AK Gani Palembang, sedangkan Dwi mendapat perawatan intensif di rumah," kata dia lagi.

Dia menerangkan, sakit yang diderita dua atlet itu disebabkan ketidaksesuaian antara pola makan dan aktivitas yang dilakukan.

"Atlet tinggal di Wisma Atlet Jakabaring, sedangkan latihan masih di Hall Bank Mandiri Rivai. Hal itu sudah dijalani sejak 9 Desember lalu, sementara usulan untuk meminta arena latihan di Jakabaring belum direalisasikan hingga kini. Lama kelamaan, ada beberapa atlet yang tidak bisa bertahan dengan kondisi itu dan jatuh sakit," ujar dia.

Menurut Lucky, yang menjadi penyebab utama yakni menu makanan di Wisma Atlet Jakabaring yang tidak sesuai dengan kebutuhan latihan.

"Saat ini atlet sedang tahapan persiapan umum menuju PON di Riau yang direncanakan pada September nanti, jadi bisa dikatakan latihannya terbilang berat. Sementara, latihan sebanyak dua kali satu hari itu tidak diimbangi dengan asupan nutrisi yang baik," kata dia.

Akhirnya, tim pelatih anggar Sumsel itu memutuskan menarik atlet dari Wisma Atlet Jakabaring dan tetap menjalani latihan seperti biasa, sesi pagi (08.00-10.00 WIB) dan sesi sore (17.00-21.00 WIB).

"Jika makanan di rumah lebih baik dari di Wisma, maka lebih baik atlet pulang ke rumah saja. Apalagi, saya juga khawatir dengan keselamatan atlet dalam berkendaraan menuju Wisma karena untuk latihan sesi malam baru berakhir pada pukul 21.00 WIB," ujar peraih medali emas PON tahun 2000 ini.

Pelatih nasional itu bersedia mengembalikan atlet-atletnya ke pemusatan latihan di Jakabaring, jika beberapa hal yang dikeluhkan telah dibenahi oleh pengelola program performa tinggi (HPP).

"Sementara ini, kami putuskan keluar dulu. Jika sudah dibenahi maka kami siap kembali lagi ke Wisma Atlet Jakabaring," kata dia.

Atlet anggar Sumsel Rully Maulidhani juga mengeluhkan menu makanan yang disajikan di Wisma Atlet itu.

"Menurut saya, menu atlet tidak seperti yang disajikan selama ini. Saya membandingkan, berdasarkan pengalaman menjalani pemusatan latihan nasional. Beban latihan atlet itu tinggi, tapi menu yang disajikan tidak sesuai dengan kebutuhan," kata dia.

Dia menerangkan, porsi makanan atlet tidak bisa disamakan dengan orang biasa.

"Porsi makanan atlet itu harusnya lebih lengkap dibandingkan orang biasa. Tapi, pada kenyataannya saat ini, terkadang atlet anggar justru tidak mendapatkan makanan karena sudah kehabisan. Alasannya karena tim anggar pulangnya malam, lalu diganti dengan nasi bungkus. Apa begitu solusinya. Maka lebih baik sementara ini kami keluar dulu," ujar dia lagi.

Sebanyak 28 atlet anggar Sumsel menjalani pemusatan latihan Program Performa Tinggi menuju PON XVIII di Riau, dengan menginap di wisma eks SEA Games ke-26 lalu.

Cabang olahraga anggar merupakan peraih tiket terbanyak untuk PON di Riau 2012 ini dengan total 28 orang.

Posisi kedua ditempati Atletik (19 orang), pencak silat (18), dan menembak (15).

Pada PON di Kaltim lalu, tim anggar Sumsel meraih dua medali emas, sedangkan pada SEA Games XXVI, dua atletnya, Reni Anggraini meraih emas, dan Hendrawan Susanto meraih perak.

Manajer HPP, Evalina DS mengakui, pada awalnya memang ada persoalan seputar pelayanan kepada atlet.

Hal itu disebabkan tidak berjalan komunikasi dan koordinasi antarpihak terkait.

"Persoalan itu terjadi pada awal saat atlet HPP baru menempati Wisma Atlet. Beberapa kali atlet yang pulang latihan malam tidak kebagian makan karena katering lupa menyisihkan. Memang seharusnya ada komunikasi antarpihak terkait," ujar dia lagi.

Berkaitan dengan aksi "walk out" atlet anggar itu, Eva menanggapi bahwa hal itu hanya sekadar persoalan salah komunikasi saja.

"Tidak ada yang keluar. Lagi pula, saya sudah berbicara langsung dengan pelatih anggar Lukman Ahmadi yang kebetulan saat ini sedang sakit. Persoalan ini segera diatasi," ujar dia.

Menanggapi keluhan menu makanan yang tidak proporsional, Eva menyatakan, menu yang disajikan itu sudah melalui supervisi ahli gizi HPP di bawah koordinasi Prof Dr dr Fauziah Nuraini.

Selain itu, katering yang melayani atlet di Wisma Atlet ini merupakan katering yang sama melayani atlet HPP saat menjalani pembinaan di Pusri dan Pertamina.

"Sebelumnya tidak ada masalah mengenai konsumsi. Tapi namanya pindah tempat baru dan yang dilayani lebih banyak, sehingga perlu penyesuaian. Apalagi karakter atlet dan pelatih yang dilayani ini `kan berbeda-beda," kata Eva.

Program Performa Tinggi berada di bawah naungan KONI Sumsel yang mendapatkan bantuan pendanaan dari Pemprov Sumsel melalui hibah ke Lembaga Pembinaan Pengembangan Peningkatan dan Prestasi Olahraga (LP4OR), dengan jumlah mencapai puluhan miliar rupiah.

Program itu diusung untuk membina atlet-atlet muda putra daerah agar berprestasi pada PON tahun 2016 mendatang. (SUS*BO14)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012