Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat akan menutup kedutaan besarnya di Suriah, dengan alasan peningkatan keprihatinan mengenai keselamatan personel Kedutaan Besar Amerika, demikian laporan CNN, Jumat (20/1).

Laporan tersebut, yang mengutip pejabat yang tak disebutkan jati diri mereka dari Departemen Luar Negeri AS, menyatakan pemerintah Presiden Barack Obama juga sedang mempertimbangkan untuk memanggil Duta Besarnya di Damaskus, ibu kota Suriah, Robert Ford, demikian laporan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu pagi.

Suriah telah dirundung kekacauan sejak kerusuhan meletus pada Maret tahun lalu. PBB menyatakan lebih dari 5.400 orang telah tewas di Suriah sejauh ini.

"Kami memiliki keprihatinan serius mengenai memburuknya situasi keamanan di Damaskus, termasuk serangkaian pemboman mobil belum lama ini, dan mengenai keselamatan serta keamanan personel kedutaan besar," demikian antara lain isi pernyataan yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS.

Beberapa pembom bunuh diri dengan naik mobil menyerang dua pangkalan keamanan di Damaskus pada 23 Desember, sehingga menewaskan 44 orang. Pemerintah Presiden Bashar al-Assad menyatakan serangan tersebut dilakukan oleh Al-Qaida, tapi oposisi mengatakan itu adalah "perbuatan pemerintah sendiri".

"Kami telah meminta pemerintah Suriah untuk melakukan tindakan keamanan tambahan guna melindungi kedutaan besar kami, dan pemerintah Suriah sedang mempertimbangkan permintaan itu," kata Departemen Luar Negeri AS --sebagaimana dikutip AFP.

"Kami juga telah menyarankan pemerintah Suriah bahwa jika langkah nyata tak dilakukan dalam beberapa hari mendatang, kami mungkin tak memiliki pilihan selain menutup misi tersebut," katanya.

Namun ditambahkannya, belum ada keputusan akhir yang dibuat.

Para pejabat Amerika Serikat tak bersedia mengatakan bagaimana Departemen Luar Negeri AS telah menyampaikan keprihatinannya kepada Suriah atau langkah apa yang telah disampaikan agar dilakukan oleh Damaskus.

Pada 11 Januari, Departemen Luar Negeri Amerika menyatakan akan mengurangi lagi jumlah stafnya di kedutaan besarnya di Damaskus, dan memperbarui peringatan pada Oktober --saat departemen itu menyatakan staf kedutaan besar dibatasi dan anggota keluarga mereka diminta pergi.

Pada Desember, Duta Besar AS Robert Ford kembali ke Damaskus, tempat ia telah memelopori pemrotes yang menghadapi penindasan, setelah ia sempat ditarik pada Oktober akibat adanya ancaman terhadap dirinya.

Wanita juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Victoria Nuland, Jumat (20/1), mengatakan pemerintah AS juga sedang meneliti laporan mengenai kemungkinan ancaman terhadap wargan egara AS, Abdelkader Chaar, di kota Aleppo, Suriah, pada 8 Januari. (C003/A011)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012