Vaksin tersebut aman dan halal jika digunakan pada manusia dan tahun depan akan diproduksi secara massal oleh PT Bio Farma.
Malang (ANTARA News) - Universitas Brawijaya (Unibraw) bekerja sama dengan Bio Farma dalam waktu dekat ini akan mengembangkan sekaligus memproduksi vaksin kontrasepsi yang aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi akseptor.

Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Yogi Sugito, Kamis mengemukakan, nota kesepahaman (MoU) dengan Perusahaan Farmasi (Bio Farma) tersebut sudah ditandatangani, bahkan hasil temuan vaksin kontrasepsinya juga sudah dipatenkan.

"Untuk pengembangan vaksin ini kami juga akan membangun laboratorium vaksin kontrasepsi atas bantuan dari pemerintah pusat senilai lebih dari Rp146 miliar termasuk untuk pembelian peralatan lab," ujarnya.

Menurut Yogi, pembangunan gedung laboratorium dimulai awal tahun ini dan ditargetkan tuntas tahun ini juga, sehingga tahun depan sudah bisa dioperasionalkan.

Lokasi pembangunan gedung laboratorium tersebut berada di kawasan Dieng di atas lahan seluas tujuh hektare dan menjadi satu kawasan dengan Fakultas Kedokteran Hewan UB.

"Kami berharap tahun 2013 vaksin kontrasepsi ini sudah bisa diproduksi secara massal dan sudah dipakai secara massal juga di Tanah Air, sehingga pertumbuhan penduduk bisa diminimalkan," katanya.

Sementara salah seorang tim peneliti vaksin kontrasepsi tersebut Prof Aulanni`am dari Universitas Brawijaya mengatakan, efektivitas vaksin buatan anak negeri ini sudah terbukti secara ilmiah.

Vaksin tersebut berbeda dengan alat kontrasepsi yang ada dipasaran saat ini. Alat kontrasepsi yang diciptakan itu, diklaim tak menimbulkan efek samping bagi akseptor, baik kegemukan maupun kanker.

Selama ini, lanjutnya, kontrasepsi yang dipakai akseptor berbasis hormonal dan menyebabkan hormon terganggu, sehingga bisa mengakibatkan kegemukan serta kanker."Vaksin kontrasepsi ini disuntikkan ke akseptor perempuan dan bisa bertahan sesuai dosis yang ditentukan," jelasnya.

Vaksin kontrasepsi tersebut, lanjutnya, juga bisa dilepas kapanpun jika akseptor ingin kembali memiliki anak. Alat kontrasepsi berbasis vaksin itu juga telah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 2010.

"Penelitian ini membutuhkan waktu selama 15 tahun yang didanai oleh Kementerian Kesehatan, Bio Farma dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti)," katanya.

Lebih lanjut Aulani mengatakan, berbeda dengan alat kontrasepsi suntik yang ada di pasaran, vaksin kontrasepsi yang diciptakan oleh tim peneliti UB itu berupa protein antibodi terhadap molekul zona pellucida-3 (ZP3) atau protein di luar sel telur.

Molekul zona pellucida-3 (ZP3) berfungsi sebagai reseptor atau mengenali sperma. Jika antibodi disuntikkan ke tubuh, maka molekul akan mengikat ZP3, sehingga struktur protein berubah dan tak mengenal sperma yang akhirnya tak terjadi fertilisasi atau pembuahan.

Vaksin kontrasepsi itu telah diujicobakan terhadap tikus, kelinci dan monyet ekor panjang atau Makaka vesicularis yang tersertifikasi dan saat ini tinggal menunggu uji coba klinis yang akan diterapkan ke manusia.

Protein yang bersifat reversible itu tidak akan menyebabkan patologis di saluran reproduksi wanita, sehingga jika dihentikan kualitas embrio juga tidak akan cacat, bahkan janin hasil pembuahan juga normal.

Ia mengemukakan, bahan baku vaksin itu juga aman dan halal, karena protein berasal dari sel telur sapi. Apalagi protein sapi identik dengan manusia, sedangkan asam amino sapi hanya berbeda satu.

"Vaksin tersebut aman dan halal jika digunakan pada manusia dan tahun depan akan diproduksi secara massal oleh PT Bio Farma," ujarnya.

(E009)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012