Seoul (ANTARA News) - Utusan nuklir Korea Selatan akan mengunjungi Rusia pekan depan di tengah upaya terbaru untuk memulai kembali perundingan enam negara tentang perlucutan senjata Korea Utara yang lama terhenti, kata seorang pejabat Selasa.

Lim Sung-Nam berencana bertemu Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Morgulov, kata pejabat kementerian luar negeri, dan menambahkan jadwal perundingan itu belum selesai.

Perundingan-perundingan itun menyertakan kedua Korea, China, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat, yang terhenti sejak Desember 2008.

Pyongyang keluar dari forum perundingan pada April dan melakukan uji coba senjata atom yang kedua sebulan kemudian.

Amerika Serikat dan Korea Utara tahun lalu mengadakan dua putaran pembicaraan yang bertujuan untuk memulai kembali perundingan enam pihak.

Satu putaran ketiga dilaporkan dijadwalkan di Beijing, namun kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il bulan lalu menjadikan proses itu tertahan.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kepada televisi Jepang NHK bahwa perundingan enam negara dapat dilanjutkan pada semester pertama tahun ini.

"Ini benar-benar realistis untuk melakukan perundingan itu bukan hanya tahun ini, tetapi dalam tengah tahun pertama, dengan berkonsentrasi pada tugas utama menjamin status non-nuklir Semenanjung Korea," katanya.

Lavrov mengatakan ia percaya bahwa Korea Utara bergerak menuju stabilisasi setelah kematian Kim dan pengangkatan putranya Kim Jong-Un sebagai pemimpin baru.

Utusan khusus Washington untuk Korea Utara, Glyn Davies, tiba di Moskow pada Selasa. Departemen Luar Negeri telah mengatakan ia akan bertemu dengan Morgulov dan duta besar negara perundingan enam pihak di Moskow Morgulov Logvinov.

Utusan AS pada pembicaraan-pembicaraan itu, Clifford Hart, akan menemani Davies.

Asisten Menlu AS Kurt Campbell sementara itu tiba di Korea Selatan Selasa dan akan bertemu Lim Rabu.

Korea Utara menginginkan forum enam-pihak melanjutkan perundingan-perundingan tanpa prasyarat.

Tetapi Amerika Serikat dan sekutunya mengatakan, bahwa Pyongyang harus menunjukkan dengan serius untuk menutup pabrik pengayaan uraniuam yang baru diungkapkan, demikian AFP melaporkan.

(SYS/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012