...tidak ada negara yang melarang vaksinasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90 persen...
Yogyakarta (ANTARA News) - "Bayi dan anak balita memerlukan imunisasi untuk mencegah penularan penyakit, sehingga tidak terjadi wabah," kata pengurus Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sitoresmi.

"Dalam waktu empat hingga enam pekan setelah imunisasi akan timbul antibodi spesifik yang efektif mencegah penularan penyakit," katanya pada seminar "Imunisasi Lumpuhkan Generasi? (Pro Kontra Imunisasi di Indonesia)", di Yogyakarta, Minggu.

Dengan demikian, menurut dia, bayi dan anak balita tidak mudah tertular penyakit, tidak sakit berat, tidak meneluarkan penyakit pada bayi dan anak lain, sehingga tidak terjadi wabah dan banyak kematian.

"Imunisasi itu aman bagi bayi dan anak balita, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Saat ini 194 negara terus
melakukan imunisasi untuk bayi dan anak balita," katanya.

Ia mengatakan, institusi resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin di negara-negara itu umumnya terdiri atas dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, dan biostatistika.

"Hingga kini tidak ada negara yang melarang vaksinasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90 persen," katanya.

Oleh karena itu, menurut dia, jika dikatakan imunisasi berbahaya bagi bayi dan anak balita itu tidak tepat, karena yang menyatakan hal itu bukan ahli vaksin, melainkan ahli statistik, ahli psikologi, ahli homeopati, ahli bakteriologi, dan sarjana hukum.

"Mereka tidak mengerti vaksin dan sebagian besar sumber datanya sudah kuno. Padahal, jenis dan teknologi pembuatan vaksin telah mengalami kemajuan pesat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir," katanya.

Menurut dia, vaksin juga tidak mengandung zat berbahaya. Dalam vaksin tidak ada metil merkuri yang berbahaya untuk kesehatan, tetapi hanya ada etil merkuri yang tidak berbahaya untuk kesehatan.

Jumlah etil merkuri yang ada dalam zat timerosal yang masuk ke tubuh bayi melalui vaksin sangat sedikit sekitar 150
mcg/kgbb/enam bulan, atau sekitar enam mcg/kgbb/minggu.

"Batas aman menurut WHO adalah 159 mcg/kgbb/minggu. Oleh karena itu, vaksin yang mengandung etil merkuri dosis sangat rendah dinyatakan aman oleh WHO dan badan-badan pengawasan lainnya," katanya.

Ia mengatakan, tujuan program imunisasi adalah menciptakan masyarakat yang sehat dan kuat. Jika imunisasi bisa melemahkan bangsa, maka negara-negara maju akan lemah, karena mereka juga melakukan program imunisasi, bahkan lebih dulu dengan jenis vaksin lebih banyak.

"Faktanya, bangsa dengan cakupan imunisasi lebih tinggi justru lebih kuat. Hal itu membuktikan imunisasi justru memperkuat kekebalan terhadap penyakit infeksi, bukan melemahkan," kata Sitoresmi.

Indonesia saat ini memiliki industri pembuat vaksin. Perusahaan itu adalah PT Bio Farma (Persero) Bandung, satu BUMN, dengan 98,6 persen karyawannya adalah muslimin dan muslimah.

Proses penelitian dan pembuatan vaksin itu mendapatkan pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin di BPOM dan WHO. Vaksin tersebut juga diekspor ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, di antaranya Iran dan Mesir.

(B015/H010)

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012