Jakarta (ANTARA News) - Komite Ekonomi Nasional (KEN) mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Selandia Baru John Key guna membahas kerja sama antara Indonesia dan Selandia Baru dalam beberapa sektor.

"Hari ini kami membicarakan rencana kerja sama dalam beberapa sektor, antara lain peternakan, pertanian, energi, terutama geotermal, pendidikan dan kesehatan. Ini demi memperkuat hubungan antara Indonesia dengan Selandia Baru," kata Ketua KEN Chairul Tanjung di Menara Bank Mega di Jakarta, Senin.

Chairul mengungkapkan, terkait kerjasama dalam sektor peternakan, Indonesia masih kekurangan pasokan daging sapi dan kambing sampai sekarang.

"Kami berharap kerja sama ini bisa berlanjut sampai tingkat investasi serta penyuluhan teknologi dan bimbingan terhadap seluruh peternak Indonesia. Jadi, tidak hanya dalam bentuk impor daging saja," kata Chairul.

Chairul menilai penting penyuluhan teknologi bagi peternak Indonesia karena dapat meningkatkan kualitas daging dan susu yang dihasilkan oleh seluruh hewan ternak sekaligus meningkatkan kualitas peternakan lokal.

Sementara terkait sektor energi, Chairul menginginkan agar pemanfaatan energi panas bumi atau geotermal lebih ditingkatkan di Indonesia.

"Indonesia mempunyai lebih dari 90 persen potensi geotermal yang ada di seluruh dunia. Tetapi, negara yang paling banyak menggunakannya adalah Selandia Baru. Maka dari itu, kami berharap ada bantuan, baik berupa investasi maupun transfer teknologi dari Selandia Baru ke Indonesia," kata Chairul.

Terkait sektor pendidikan dan kesehatan, Chairul mengharapkan agar jumlah mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu di Selandia Baru semakin bertambah.

"Terutama dalam bidang pendidikan, Selandia Baru memiliki universitas-universitas terbaik di dunia. Mereka (Selandia Baru) juga tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap mahasiswa asing maupun mahasiswa lokal. Kerjasama dalam bidang ini harus kita tingkatkan," kata Chairul.

Chairul menambahkan, selain memiliki sejumlah universitas terbaik di dunia, biaya hidup di Selandia Baru juga lebih kompetitif dibandingkan dengan Australia.

(R027)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012