Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai produsen produk rotan utama dunia, dan bukan sekedar menjadi pemasok terbesar bahan baku rotan.

Dalam mewujudkan itu, pemerintah telah dan akan menempuh berbagai upaya di antaranya memastikan ketersediaan bahan baru rotan bagi industri produk jadi rotan di dalam negeri.

"Kemudian, kita juga harus mendorong penyerapan bahan baku rotan secara optimal oleh industri-industri tersebut dengan cara membangun sentra-sentra industri pengolahan di wilayah sekitar penghasil bahan baku rotan," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan disela kunjungannya ke industri rotan di Katingan, Kalimantan Tengah, Selasa.

Mendag menambahkan bahwa desain produk rotan juga harus dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk tersebut.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah menjaga kelestarian lingkungan agar industri rotan nasional dapat berjalan secara berkesinambungan.

Saat berdialog dengan para pengusaha rotan di Katingan, Mendag menghimbau agar para pengusaha rotan tidak hanya mengandalkan pasar ekspor, tetapi juga harus memanfaatkan pasar domestik yang sangat potensial.

Dalam mendukung hal ini, pemerintah telah menginstruksikan seluruh instansi pemerintah, sekolah-sekolah dasar, dan perusahaan-perusahaan untuk menggunakan furnitur dari rotan.

Dalam membentuk harga yang baik bagi para petani rotan, pemerintah saat ini sedang menjajagi kemungkinan pengembangan sistem resi gudang bagi produk rotan di sekitar wilayah penghasil bahan baku rotan.

"Kami sangat mendorong proses penambahan nilai bahan baku rotan dilakukan di dalam negeri agar masyarakat dapat merasakan manfaat yang lebih besar," ujar Mendag.

Mendag, yang berkunjung ke Katingan bersama Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, menjelaskan bahwa proses penambahan nilai (hilirisasi) jelas akan menguntungkan Indonesia, terutama dari sisi peningkatan daya saing produk dalam negeri, menambah lapangan tenaga kerja, hingga menaikkan nilai ekspor nasional dan penerimaan devisa negara.

"Pada akhirnya, kebijakan rotan ini akan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat," tegasnya.
Kebijakan penutupan ekspor bahan baku rotan ternyata telah memberikan hasil nyata yang positif bagi perekonomian Indonesia.

Berdasarkan data Laporan Surveyor (LS), nilai ekspor produk rotan pada periode 1 Januari - 25 Mei 2012 telah mencapai 92,30 juta dolar AS. Nilai ekspor produk rotan yang cukup tinggi tersebut disumbang dari ekspor produk rotan furnitur senilai 69,72 juta dolar AS dan anyaman senilai 22,59 juta dolar AS.

(*)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012