Berdasarkan catatannya nilai impor produk tersebut pada 2006 berjumlah 600 juta dolar AS, sedangkan 2011 menjadi 1,7 miliar AS,"
Denpasar (ANTARA News) - Nilai impor produk holtikultura meningkat hampir 300 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kata Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh.

"Berdasarkan catatannya nilai impor produk tersebut pada 2006 berjumlah 600 juta dolar AS, sedangkan 2011 menjadi 1,7 miliar AS," katanya saat dihubungi dari Denpasar, Sabtu.

Deddy menjelaskan, produk holtikultura berupa buah-buahan dan sayuran itu, paling banyak didatangkan dari China.

Hal itu tentunya harus diatasi dengan pemenuhan produk holtikultura di dalam negeri yang berkualitas dan terjamin.

"Kami berharap bisa dipenuhi oleh para petani di dalam negeri, namun harus dapat berhasil bersaing dengan produk impor melalui peningkatan kualitas," ucapnya/

Menurut Deddy, sebenarnya sebagian besar konsumen produk tersebut di dalam negeri sangat menginginkan hal itu, tapi terkadang terbentur dengan kualitas yang tidak dapat bersaing di pasaran.

Namun, lanjut dia, dengan adanya kebijakan pembatasan membuat nilai impor agak tertahan pada saat ini.

Apalagi ada aturan-aturan lainnya, seperti produk itu hanya boleh masuk di empat pelabuhan khusus, kecuali barang berasal dari negara yang sudah menjalin kerja sama sehingga terjamin kondisinya.

"Produk holtikultura yang negaranya sudah menjalin kerja sama, adalah Amerika Serikat, Australia dan Kanada. Barang dari tiga negera itu dapat diterima melalui Pelabuhan Tanjung Priok," ujarnya.

Deddy mengingatkan, buah atau sayuran yang diimpor dari luar negeri dan beredar di Pulau Dewata harus terjamin juga kualitas dan keamanannya.

Jangan sampai produk holtikultura impor yang mengandung zat berbahaya dikonsumsi oleh para wisatawan mancanegara yang mengunjungi Pulau Dewata.
(ANT-077/O001)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012