"Langkah ini diharapkan akan menyeimbangkan kembali suplai dan permintaan dunia akan karet alam...."
Jakarta (ANTARA News) - Tiga negara produsen karet alam dunia yang tergabung dalam kerja sama International Tripartite Rubber Council (ITRC), yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand, pada Rabu (15/8) melakukan pertemuan di Bangkok, Thailand, untuk membahas upaya pengembalian harga karet alam di pasar internasional yang terus menurun selama beberapa bulan terakhir.

Siaran pers Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan pada Kamis (16/8) menyatakan dukungannya terhadap hasil pertemuan ITRC untuk adanya kebijakan mengimplementasikan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dan Supply Management Scheme (SMS).

Penurunan harga karet alam dalam beberapa bulan terakhir ini terjadi karena adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi di China dan Jepang, serta pertumbuhan ekonomi yang negatif pada triwulan ke-2 di kawasan Uni Eropa.

Akibat lemahnya permintaan karet dari negara-negara tersebut, maka pasokan karet alam di pasar berjangka menjadi berlebihan dan membuat harga karet terus mengalami penurunan.

Harga karet alam saat ini sudah pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan dimana pada 14 Agustus 2012 telah menyentuh USD 279,52/kg.

Harga tersebut menurun jauh dibandingkan harga tertinggi yang pernah dicapai selama tahun 2012, yaitu pada 12 Maret 2012 sebesar USD 387,93/kg.

Dengan menyepakati pelaksanaan AETS dan SMS secara bersama, Indonesia, Malaysia dan Thailand berharap harga karet alam akan membaik.

“Langkah ini diharapkan akan menyeimbangkan kembali suplai dan permintaan dunia akan karet alam yang dihasilkan ketiga negara, sehingga petani karet mendapatkan remunerasi yang lebih seimbang antara biaya produksi dan harga jual,” jelas Mendag.

Implementasi dari AETS dan SMS ini rencananya akan dimonitor secara penuh oleh ITRC Monitoring and Surveillance Committee.

Sekilas Mengenai Skema Stabilisasi Harga Karet oleh ITRC International Tripartite Rubber Council (ITRC) merupakan kerja sama tiga negara produsen utama karet alam dunia, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand, dalam menindaklanjuti Deklarasi Bali yang disepakati pada 12 Desember 2001.

Ketiga negara tersebut sepakat untuk mendukung upaya-upaya pengendalian harga agar komoditas karet mampu memberikan imbalan yang wajar bagi para petani.

Untuk mancapai harga di tingkat tertentu, ITRC menggunakan dua mekanisme, yaitu: Supply Management Scheme (SMS), yaitu pengendalian produksi karet di hulu/di tingkat perkebunan untuk jangka panjang melalui peremajaan, diversifikasi kebun, peningkatan konsumsi di dalam negeri dan tidak membuka lahan perkebunan baru. Agreed Export Tonnage Scheme (AETS), yaitu pengetatan/pengurangan pasokan karet alam di pasar dunia pada saat terjadi kelebihan pasokan, sementara permintaan sedikit.

(ANTARA)

Pewarta: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012