Tak satu pun dari mereka yang saya kecewakan...."
Jakarta (ANTARA News) - Pejual, sekali lagi pejual, bukan "penjual", agaknya padanan Indonesia paling tepat untuk menggantikan "salesman". Pejual merujuk pada orang yang "berjualan", untuk membedakan dengan orang yang "menjual", yang menurunkan nomina "penjual".

Tapi padanan Indonesia untuk "salesman" itu tampaknya kurang diminati oleh para praktisi di bidang penjualan. Mereka lebih suka dengan frasa "orang sales"--awas, jangan sampai salah ketik jadi "orang males".

Sebuah buku yang baru diterbitkan Gramedia dengan judul "Bangga Jadi Orang Sales Indonesia" oleh penulis Dedy Budiman dan Sifra Susi Langi, hadir dengan satu misi: menyadarkan rakyat Indonesia, terutama para generasi muda pencari pekerjaan, bahwa menjadi orang sales adalah awal menjadi wira usaha sukses tanpa bantuan orang lain. Dengan kalimat lain, kedua penulis itu mau mengatakan: pekerjaan sales adalah profesi bermartabat.

Mengapa Dedy dan Sifra repot-repot melakukan penyadaran itu? "Faktanya, banyak orang malu menjadi orang sales. Hampir tak ada lulusan SMA yang bercita-cita menjadi orang sales," kata Dedy.

Dedy sendiri punya basis sebagai orang sales. Ini penuturannya: "Sejak 1994, selulus dari SMAN 19, saya bekerja sebagai orang sales. Bahkan, sejak di kelas 1 SMA pun saya sudah berjualan berbagai macam barang mulai dari jam, kaus, kartu Natal, kosmetik, sampai berbagai produk lain."

Melewati berbagai tantangan dan pencapaian yang diraihnya dalam perjalanan sebagai orang sales, Dedy akhirnya mendapat kepercayaan hingga bisa menjadi "sales manager". "Orang sales adalah profesi yang sangat penting bagi perusahaan dan saya bangga menjadi orang penting di perusahaan," katanya.

Buku setebal 300 halaman yang disajikan dengan bahasa yang mengalir jernih ini memuat beragam kisah dan pengalaman menarik mereka yang pernah berkiprah di bidang penjualan, dan kini mereka menjadi orang penting di berbagai perusahaan menengah dan besar yang memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di antara belasan kisah sukses orang sales jalanan yang akhirnya menjadi pengusaha besar, Joe Kamdani, pendiri dan mentor PT Datascrip adalah salah satu yang paling impresif.

Selepas SMA, Joe pernah bekerja sebagai karyawan bawahan selama dua tahun dan tiga kali berganti perusahaan karena tak menemukan kepuasan. Akhirnya dia mencoba menjadi orang sales yang tak digaji tapi mengandalkan komisi.

Di sinilah Joe menjual macam-macam barang dan berkenalan dengan banyak orang. "Tak satu pun dari mereka yang saya kecewakan dan saya selalu menjaga kepercayaan. Ini saya anggap sangat penting dalam pergaulan bisnis maupun nonbisnis," tutur Joe.

Kerja keras dan keteguhannya menjalin kepercayaan orang lain mengantarkan Joe membangun sendiri perusahaan miliknya, mulai dari mempekerjakan seorang karyawan lalu sepuluh, seratus hingga ribuan.

Kisah sukses lain yang berangkat dari kalangan berijazah sarjana terjadi pada Antonius Tanan, yang kini menjadi direktur di Ciputra Group dan Presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center.

Perkenalan pertama Tanan pada dunia sales berawal dari pengalaman menjaga toko suku cadang keluarga di Kuningan, Jawa Barat. "Kalau papa pergi atau pembantu toko sakit, saya ikut membantu di toko. Jadilah saya terbiasa menjaga di toko," tuturnya.

Tanan ingat pengalaman pertama mendapat uang dari keringat sendiri saat masih duduk di SMP. Saat itu ada seorang membeli spion dan memintanya untuk memasangkannya sekaligus. Sang pembeli memberi uang jasa pemasangan spion.

"Saya senang karena bisa cari duit," katanya. Tanan sampai pada kesimpulan bahwa menjual adalah pendidikan otentik, pendidikan yang nyata. Menjual mengajari kita tentang dunia nyata.

Benang merah
Profesi bidang penjualan agaknya punya benang merah dengan pengalaman historis. Di kalangan orang Islam, sudah jamak dikisahkan dari mulut ke mulut bahwa Nabi Muhammad yang sebagian hidupnya dihabiskan dengan berjualan bersama Siti Hadijjah, yang kemudian menjadi istri pertamanya.

Muhammad dikisahkan berjasa dalam membesarkan usaha dagang Hadijjah karena kemasyhurannya dalam membangun kepercayaan pembeli. Dia berjualan, berdagang dengan jujur, begitulah kisah yang hidup hingga kini. Bahkan Muhammad juga bersabda bahwa sebaik-baik pekerjaan manusia adalah menjadi saudagar yang tepercaya.

Namun dalam sejarah Nusantara, profesi dagang sempat dipandang dengan sebelah mata, dianggap pekerjaan yang tak bermartabat. Di kampung-kampung Jawa pernah hidup sebuah anggapan bahwa kaum saudagar yang kaya pastilah karena bantuan makhluk halus seperti tuyul.

Pandangan rendah terhadap kaum pedagang juga ditiupkan oleh kaum kolonial, yang dilatarbelakangi oleh kebencian mereka pada saudagar pribumi yang karena kesuksesan mereka akhirnya mandiri dan menjadi ancaman paling potensial bagi kaum kolonial.

Dedy dan Sifra, penulis "Bangga jadi Orang Sales Indonesia" hendak mengajak berbagai kalangan, terutama lulusan SMA, untuk menjadi wira usahawan sejati lewat jembatan emas dunia sales.

Lewat profesi orang sales, karir sukses wira usaha bisa diraih tanpa modal. Dunia sales adalah jalan paling terbuka menuju sukses di bisnis apapun. Itulah hukum besi sukses menjadi wira usahawan sejati.

"Saya memulai karir bisnis dalam bidang penjualan," begitulah inti pesan yang disampaikan dalam buku yang kaya sudut pandang pengisahan ini.

(M020/S023)

Oleh Mulyo Sunyoto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012