Depok (ANTARA News) - Pakar arkeologi UI Prof Dr Agus Aris Munandar mengatakan, prasasti kuno yang merupakan sumber sejarah masa lalu Indonesia, banyak hilang atau rusak oleh berbagai sebab.

"Prasasti-prasasti kuno tersebut banyak yang rusak atau sengaja dirusak, baik oleh masyarakat pada zamannya, atau pada masa sekarang," kata Agus dalam seminar mengenang ahli arkeologi epigrafi Prof Boechari (1927-1991) di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya UI Depok, Rabu.

Ini menyulitkan arkeolog atau ahli epigrafi dalam menyusun kembali sejarah masa lalu.

Guru besar arkeologi UI ini mengungkapkan, saat ini banyak prasasti-prasasti kuno tidak terbaca lagi isinya, khususnya yang terbuat dari batu, diantaranya prasasti Makam Soka dari Tulungagung (tahun 1201 Masehi), Prasasti Sedah di Lamongan, Prasasti Sumbersari, dan Prasasti Rejowinangun di Blitar.

Kerusakan ini umumnya diakibatkan oleh alam dan faktor usia sehingga tulisannya aus dan tidak terbaca lagi, namun ada juga yang sengaja dirusak masyarakat atau penguasa pada zaman itu, terutama setelah perubahan kekuasaan.

Prasasti umumnya berisi perintah raja yang harus diikuti rakyatnya dan lambang kebesaran raja dan nama-nama pejabatnya.

Jika ada dua pihak yang berperang, maka pihak pemenang akan menghancurkan semua simbol kekuasaan yang kalah, kata Agus.
(T004/C004)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012