Mengurangi kerentanan akan perubahan iklim membutuhkan tindakan yang terancang dengan baik dalam berbagai tingkatan,"
Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia menyatakan perlunya tindakan segera untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang akut terjadi khususnya di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

"Mengurangi kerentanan akan perubahan iklim membutuhkan tindakan yang terancang dengan baik dalam berbagai tingkatan," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan, Rachel Kyte dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Menurut Rachel Kyte, saat ini sangat dibutuhkan kepemimpinan politik yang memprioritaskan tindakan dalam mengatasi perubahan iklim baik dalam tingkat nasional maupun regional.

Berdasarkan laporan bertajuk "Turn Down The Heat: Why a 4C Warmer World Must be Avoided", dampak perubahan iklim yang akut di negara-negara Arab di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara diperkirakan akan berdampak seperti meningkatnya kekurangan air dan melemahnya tingkat ketahanan pangan.

Meski dunia Arab dikenal telah dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim seperti berubahnya temperatur dan curah hujan selama berabad-abad, tetapi risiko perubahan iklim yang baru dinilai muncul dalam laju yang lebih cepat termasuk prospek suhu dunia akan menjadi empat derajat lebih panas.

Bank Dunia melakukan identifikasi terhadap beragam risiko dalam laporan iklim terbaru itu yang dipersiapkan bekerja sama dengan Liga Arab dan melibatkan spesialis, peneliti, pembuat kebijakan, dan LSM di sepanjang kawasan tersebut.

Menurut data Bank Dunia, selama tiga dekade terakhir, bencana akibat perubahan iklim telah mempengaruhi 50 juta orang di dunia Arab, dan menghasilkan kerugian langsung hingga sekitar 12 miliar dolar AS.

Tren terbaru menunjukkan bahwa kawasan yang terkenal kering tersebut menjadi semakin kering namun bencana banjir bandang menjadi semakin sering seperti pernah terjadi di cekungan Nil pada 2006.

Selain itu, riset tersebut juga menunjukkan bahwa tahun terpanas yang tercatat sejak 1800-an adalah pada 2010. Dari 19 negara yang mencetak rekor baru tertinggi, lima diantaranya berada di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Pengaruh iklim yang memburuk di kawasan itu juga berpengaruh pada pendapatan sekitar 50 juta miliar dolar AS dari sektor turisme dan industri pertanian.
(M040/A039)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012