Jantung pemimpin agung itu telah berhenti berdetak tetapi kawan Kim Jong-Il tetap hidup selamanya dengan kita
Seoul (ANTARA News) - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un memimpin ribuan pejabat dalam upacara memperingati wafat ayahnya, mantan penguasa Kim Jong-Il, beberapa hari setelah peluncuran roket jarak jauh, kata stasiun TV pemerintah pada Ahad.

Peringatan itu diselenggarakan setelah rapat besar dua hari sebelumnya, yang juga memuji peluncuran roket tiga tingkat, yang dikecam Dewan Keamanan PBB dan dianggap banyak negara sebagai uji terselubung peluru kendali balistik.

Kim Jong-Il, yang memerintah negara komunis itu selama hampir dua dasa warsa, meninggal akibat serangan jatung 17 Desember 2011.

Putra bungsunya, Kim Jong-Un, segera mengambil alih kekuasaan dalam peralihan kekuasaan dinasti Kim generasi ketiga yang memerintah negara yang dikucilkan selama lebih dari enam dasa warsa dengan tangan besi.

Pada Ahad, Kim Jong-Un yang mengenakan stelan Mao berwarna hitam, terlihat duduk dipanggung didampingi puluhan pejabat penting lainnya menghadap ke satu bendera raksasa warna merah dengan latar belakang satu potret raksasa Kim Jon-Il yang tersenyum.

"Jantung pemimpin agung itu telah berhenti berdetak tetapi kawan Kim Jong-Il tetap hidup selamanya dengan kita... untuk memberikan restu bagi masa depan yang cerah bagi rakyat kita," kata kepala negara Kim Yong-Nam dalam satu pidato.

"Peluncuran yang berhasil satelit Kwangmyongsong-2 kita juga adalah salah satu kemenangan lain yang dicapai militer dan rakyat kita, yang dengan setia mengikuti ajaran-ajaran pemimpin agung (Kim Jong-Il), katanya.

Korut yang miskin tetapi memiliki senjata nuklir itu melakukan peluncuran roket yang dikecam luas agaknya dalam usaha untuk memperingati ulang tahun meninggalnya Kim Jong-Il dan menggalang dukungan lebih kuat bagi pemimpin muda dan belum berpengalaman Kim Jong-Un.

Korut mengatakan peluncuran roket yang tampakya berhasil itu -- yang kedua setelah misi serupa yang gagal April lalu-- adalah satu proyek ilmiah untuk menempatkan satelit cuacanya dalam orbit.

Tetapi AS dan sekutunya Korea Selatan dan Jepang menganggap itu sebagai uji coba tersamar rudal jarak jauh yang dilarang berdasarkan resolusi-resolusi PBB yang diberlakukan setelah uji coba nuklir negara itu tahun 2006 dan 2009.
(RN/B002)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012