Jakarta (ANTARA News) - Sistem keselamatan kereta api Automatic Train Protection (ATP) hasil pengembangan konsorsium persinyalan kereta api akan diproduksi massal mulai 2013 agar bisa digunakan di seluruh sistem perkeretaapian pada 2015.

"ATP akan secara otomatis menghentikan kereta jika terjadi human error atau kelalaian masinis yang bisa menyebabkan tabrakan kereta," kata Asisten Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Produktivitas Riset Iptek Industri, Erry Ricardo Nurzal, pada Evaluasi Akhir Tahun di Jakarta, Kamis.

Menurut Erry, ATP dilengkapi dengan sensor yang mampu mengidentifikasi obyek sehingga jika mendeteksi benda lain di depannya secara otomatis akan menghentikan laju.

Konsorsium persinyalan kereta api yang terdiri atas Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Institusi Teknologi Bandung (ITB), Politeknik Negeri Surabaya, PT KAI dan PT LEN Industri mengembangkan ATP sepanjang 2012.

Pengembangan ATP, lanjut dia, merupakan kelanjutan dari program pengembangan sistem persinyalan elektronik (Computer Based Interlocking/CBI) yang sudah mulai dioperasikan di Stasiun Gumilir, Cilacap, dua pekan lalu.

CBI merupakan teknologi persinyalan kereta api berbasis microprosesor untuk mengatur keluar masuk kereta api ke stasiun serta pemindahan jalur.

CBI ditargetkan bisa menggantikan sistem persinyalan kereta api di sekitar 300 stasiun kereta Indonesia yang sampai sekarang masih menggunakan teknologi mekanik usang.

Perangkat yang memiliki kandungan komponen dalam negeri sampai 60 persen itu, menurut Erry, akan bisa menghemat biaya konstruksi interlocking sebesar 30 persen dibanding teknologi sebelumnya.

Sementara 200 stasiun kereta yang lain sudah menggunakan persinyalan elektronik yang hampir 96 persen teknologinya diimpor, kata Erry.

(D009



Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012