Jakarta (ANTARA News) - Penelitian terbaru menyatakan bahwa negara yang penduduknya paling banyak mengkonsumsi susu, adalah negara yang paling sering memenangi penghargaan Nobel.

Penelitian yang diterbitkan beberapa waktu lalu dalam New England Journal of Medicine, melaporkan bahwa ada hubungan yang erat antara konsumsi cokelat pada satu negara dengan rekor terbanyak peraih Nobel.

Para ilmuwan berspekulasi bahwa flavonoid yang terkandung di dalam cokelat merupakan sumber peningkat kekuatan otak.

Pemikiran para peneliti adalah, cokelat biasanya dikonsumsi bersamaan dengan susu atau produk susu lainnya.

Seberapa mampukah susu mencukupi kemampuan para peraih Nobel ini? Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organisation pada 2007, para ilmuwan melihat konsumsi susu pertahun oleh 22 negara. Mereka juga melengkapi data tersebut dengan teori cokelat, dan menemukan keterkaitan yang erat.

Swedia adalah negara yang warga negaranya paling sering menerima penghargaan Nobel, sekaligus menjadi negara yang konsumsi susunya paling banyak atau sekitar 340 kilogram per tahun. Ini menjadi bias, karena Swedia juga negara yang menjadi panitia penghargaan Nobel.

Sementara itu konsumsi susu putih di Swiss mencapai 300 kilogram per tahun. Negara ini juga memiliki warga negara yang cukup sering meraih Nobel. Proporsinya sama dengan Swedia.

Sebagai perbandingan, China adalah negara dengan peraih nobel yang skalanya paling kecil, seiring sebagai negara dengan jumlah konsumsi susu terendah bila dibandingkan dengan jumlah warga negaranya. Cina hanya mengkonsumsi 25 kilogram susu per tahun.

Para ilmuwan berpendapat bahwa konsumsi susu merefleksikan kekuatan sistem edukasi di satu negara.

Namun penjelasan secara biologi yang lebih masuk akal adalah, susu merupakan sumber vitamin D, dan kemungkinan vitamin inilah yang meningkatkan kekuatan otak.

"Jadi, bila ingin meningkatkan kesempatan untuk meraih penghargaan Nobel, sebaiknya Anda tidak hanya mengkonsumsi cokelat, namun juga susu supaya bersinergi dengan kekuatan cokelat," tulis laporan penelitian tersebut, sebagaimana dilansir dari DailyMail.

Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Practical Neurology.

(M048)

Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013