Kita semua rugi. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar peristiwa itu tidak terjadi lagi."
Mataram (ANTARA News) - "Saya, sebagai orang yang terlahirkan di Sumbawa, sangat sedih atas kejadian di kampung kita ini, di tengah prakarsa dan perjuangan saya merekatkan hubungan seluruh anak bangsa melalui pendekatan keagamaan".

Din Syamsudin, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, di hadapan tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda, dan warga di Kota Sumbawa Besar, Sabtu (26/1), kemudian melanjutkan kalimatnya : "Siapa saja yang ada di Sumbawa ini, adalah orang Sumbawa, (termasuk) yang berasal dari pulau-pulau lain".

"Di Sumbawa ini ada Kampung Bugis, Kampung Jawa, Kampung Bali, Kampung Madura. Saya memperhatikan sejak dulu selalu rukun. Saya memahami Sabalong Samalewa (moto Kabupaten Sumbawa, artinya membangun secara seimbang dan serasi antara pembangunan fisik material dengan pembangunan mental spiritual dunia dan akhirat - red.) tidak terkait etnis Sumbawa, tetapi seluruh orang yang ada di Kabupaten Sumbawa," katanya.

Din Syamsudin berada di Kota Sumbawa Besar bersama Jusuf Kalla, Ketua Umum PMI Pusat yang juga mantan Wakil Presiden, untuk mengunjungi para pengungsi akibat kerusuhan pada Selasa (22/1), menemui para terduga pelaku kerusuhan, serta berdialog dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan warga Sumbawa.

Kerusuhan di Kota Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang menyebabkan puluhan bangunan dan kendaraan bermotor dirusak dan dibakar massa itu dipicu oleh merebaknya isu bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), menyusul meninggalnya Arniyati (30) yang saat itu diketahui berboncengan sepeda motor dengan kekasihnya anggota polisi Brigadir I Gede Eka Swarjana (31) pada Sabtu (19/1).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta (Rabu, 23/1) mengatakan, "Kami menduga sebagai miskomunikasi dan informasi terkait ada korban kecelakaan lalu lintas. Pemicu kerusuhan bermula saat sepasang sejoli hendak menuju Sumbawa dari Desa Kanar, Sabtu (19/1) sekitar pukul 23.00 Wita".

Saat berada di Kilometer 15-16, sepeda motor yang ditumpangi mengalami kecelakaan. Dari kasus kecelakaan lalu lintas itu kemudian berkembang liar menjadi isu penganiayaan bahkan perkosaan yang berujung pada aksi perusakan dan pembakaran.

"Kita semua bersaudara," kata Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden, yang terbang dari Jakarta menuju Kota Sumbawa Besar bersama sejumlah tokoh agama di antaranya Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Sang Nyoman Suwisma.

Kalla di hadapan puluhan pelaku yang diduga berbuat kerusuhan yang ditahan di Polres Sumbawa mengimbau anak bangsa : "Jangan ulangi lagi perbuatan itu". Namun, kata Kalla : "Yang bersalah, hukum harus ditegakkan".

Ketua Umum PHDI Pusat Sang Nyoman Suwisma menyikapi kerusuhan Sumbawa mengatakan, "Kita semua rugi. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar peristiwa itu tidak terjadi lagi".

"Persaudaraan antarwarga harus kita rekatkan kembali. Peristiwa itu sangat memprihatinkan kita semua. Mungkin ada hal-hal keliru yang sama-sama kita perbuat, tetapi hal itu tidak perlu dibicarakan lagi. Kita bicarakan ke depan agar tidak terulang lagi," ujarnya.

Bupati Sumbawa Jamaludin Malik mencatat nilai kerugian sementara sekitar Rp15 miliar, masih bisa bertambah. Puluhan bangunan dan sejumlah kendaraan bermotor dirusak dan dibakar massa.

Pulanglah ke rumah
Para pengungsi akibat kerusuhan saat ini masih menyebar di sejumlah lokasi. Seribu orang lebih berada di Kompi B Yonif 742 Sumbawa, kantor Kodim 1406 Sumbawa dan Mapolres Sumbawa. Mereka mencari perlindungan.

Jumlah pengungsi korban kerusuhan sekitar 3.700 orang, sebanyak 1.800 orang ditampung di Kompi B Yonif 742 Sumbawa, Kodim 1406 Sumbawa 800 orang, selebihnya di Mapolres Sumbawa dan beberapa tempat lain.

Sekitar 1.200 orang pengungsi telah pulang ke rumahnya masing-masing, sisanya akan diupayakan dengan jaminan dari pemerintah daerah serta aparat kepolisian dan TNI . Salah seorang pengungsi di Kompi B Yonif 742 Sumbawa mengatakan, "Kami semua bersabar".

:Pulanglah ke rumah," kata Jusuf Kalla dalam pesannya kepada pengungsi. Kalla yang juga didampingi Ketua PMI NTB H Mesir Suryadi bahkan mengharapkan pada Senin (28/1) tidak ada lagi pengungsi korban kerusuhan Sumbawa yang tinggal di Kompi B Yonif 742 Sumbawa, kantor Kodim 1406 Sumbawa dan Mapolres Sumbawa.

"Pengungsi dipersilakan pulang ke rumah masing-masing, aparat keamanan dari TNI dan Polri akan mengawal dan berpatroli menjaga suasana kondusif di daerah ini," kata Jusuf Kalla, sambil mengingatkan kembali bahwa, "Semuanya (di sini, red.) orang Sumbawa, ada yang berasal dari Bali, Lombok, bahkan Bugis. Tetapi intinya warga di sini adalah orang Sumbawa".

Din Syamsudin kemudian mengajak seluruh warga di Sumbawa membantu pemulangan pengungsi ke rumah masing-masing demi terjalinnya rasa persaudaraan antarumat manusia.

"Kondisi harus segera dipulihkan agar saudara-saudara kita yang berasal dari Bali, yang saat ini berada di pengungsian, segera pulang ke rumahnya masing-masing dengan bantuan dan dukungan semua warga," katanya.

Tokoh nasional ini juga mengajak para ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat untuk menggerakkan para pemuda melakukan upaya rekonstruksi dan rekonsiliasi, sehingga citra Sumbawa sebagai daerah yang beragama tetap terpelihara dan hubungan putra-putra Sumbawa tetap terjaga dan rukun.

"Kepada aparat penegak hukum diharapkan untuk menyelesaikan masalah ini secara cepat, tepat dan tuntas. Memang sulit mendamaikan opini. Saya ingin tegaskan aksi anarkis dan perusakan sangat bertentangan dengan agama kita," katanya.

Kapolda NTB Brigjen Pol Mochamad Iriawan mengatakan pihak kepolisian terus memburu penyebar isu menyesatkan yang menimbulkan kerusuhan di Sumbawa Besar. "Masyarakat jangan percaya dengan isu yang tidak benar itu," katanya.

Di sisi lain, menanggapi kerusuhan di Kota Sumbawa Besar, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat H Badrul Munir menyinggung soal kearifan lokal. "Tunjukkan kearifan lokal itu kepada dunia," ujarnya.

Kearifan lokal, kata Badrul, efektif untuk menyelesaikan masalah. :Ini terbukti secara berangsur sudah banyak pengungsi yang pulang ke rumah masing-masing," katanya.

Kerusuhan Sumbawa pecah pada Selasa (22/1). Pada hari yang sama, juga Selasa (15/1) pekan sebelumnya, ada budayawan Emha Ainun Najib di Nusa Tenggara Barat, provinsi dengan pulau besar, Lombok dan Sumbawa.

Cak Nun, sapaan akrab Emha Ainun Najib, pada acara silaturahmi Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH M Zainul Majdi dengan warga NTB keturunan Jawa-Madura di GOR Turide Cakranegara Mataram mengatakan : "Saya menjuluki NTB itu sebagai Serambi Madinah. Kalau ada serambi Mekkah di Aceh, maka NTB saya juluki Serambi Madinah".

"Nusa Tenggara Barat cocok dijuluki Serambi Madinah, karena masyarakatnya yang hidup rukun, mengedepankan silaturahmi dan patuh menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari," kata Cak Nun.

Dalam pergaulan sehari-hari, menurut Cak Nun, "Kaum Muhajirin (pendatang) melepas segala bentuk organisasi atau paham keagamaan yang dibawa dari daerah asalnya".

Seperti yang diungkapkan Jusuf Kalla dan Din Syamsudin, "Semua warga di sini adalah orang Sumbawa. Kita semua bersaudara".

Lebih dari itu, "Merajut kembali persaudaraan yang terkoyak, adalah sebuah keniscayaan".

(M025/Z003)

Oleh Masnun Masud
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013