Tingginya volume curah hujan sepanjang hari yang mengguyur kawasan Puncak Pass, membuat suara gemuruh dan getaran keras di Hotel Puncak Pass dan pemukiman warga, terus mengalami pergerakan. Sehingga kami tetap siagakan tim,"
Cianjur (ANTARA News)- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jabar, memperpanjang pengawasan dan status siaga kawasan Puncak Pass, hingga bulan Maret, karena masih terjadi pergerakan tanah di wilayah tersebut.

Sehingga tugas puluhan relawan BPBD Cianjur, diperpanjang dalam melakukan pemantauan pergerakan tanah yang terjadi di kawasan Hotel Puncak Pass dan pemukiman warga di Kampung Cangkuang.

Bahkan petugas tim sar gabungan dipusatkan di posko siaga darurat bencana tanah longsor dan banjir di Kampung Cangkuang.

Tim SAR gabungan yang terdiri dari unsur BPBD Cianjur, organisasi komunikasi, dibantu warga setempat terpaksa tetap bertahan hingga bulan maret, untuk melaksanakan tugas jaga dan memantau pergerakan tanah tersebut.

"Tingginya volume curah hujan sepanjang hari yang mengguyur kawasan Puncak Pass, membuat suara gemuruh dan getaran keras di Hotel Puncak Pass dan pemukiman warga, terus mengalami pergerakan. Sehingga kami tetap siagakan tim," kata Kepala BPBD Cianjur, Asep Suhara, Jumat.

Saat ini tambah dia, sebagian besar rumah milik ratusan kepala keluarga di wilayah tersebut, retak dan terbelah. Diperkirakan hal tersebut, akan terus terjadi selama curah hujan cukup tinggi di kawasan tersebut.

"Saat ini, kami terpaksa menempatkan 50 petugas tim SAR gabungan untuk memantau perkembangan pergerakan tanah yang terjadi. Mereka bertugas secara bergantian dengan sistem shift," ucapnya.

Sementara itu petugas tenaga medis dari Dinas Kesehatan Cianjur, telah menyiapkan satu unit mobil pusling, untuk melayani pengungsi yang terpisah di beberapa lokasi, ditambah setiap harinya, tim medis dapat melayani pasien pengungsi yang terserang penyakit di tenda posko darurat kesehatan.

Diperpanjangnya status siaga di kawasan tersebut, dikeluhkan ratusan KK warga Kampung Cangkuang yang mengungsi. Mereka berharap pemerintah setempat, segera menetapkan tempat relokasi bagi mereka, jika kampung tersebut, dinilai sudah tidak layak ditempati.

"Harapan kami pemerintah melakukan relokasi, karena kami tidak mampu untuk membangun atau membeli rumah di tempat lain. Saat ini, untuk mengontrak rumah kami sudah tidak mampu," keluh Mety (36) salah seorang pengungsi dengan empat orang anak.

(KR-FKR/Y008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013