Karimun, Kepri (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau menggagas konsep merangkai pulau dengan membangun jembatan yang menghubungKan beberapa pulau sampai Kukup, Johor, Malaysia.

"Gagasan ini sudah lama dirancang Pemerintah Kabupaten Pelalawan, bahkan mereka sudah memiliki master plan dan sudah mengusulkannya ke BPPT dan Menteri Perekonomian di Jakarta," kata Kepala Bagian Humas Sekretariat Kabupaten Karimun Muhammad Yosli di Tanjung Balai Karimun, Minggu.

Menurut Yosli, konsep merangkai pulau berupa pembangunan jembatan akan dilakukan di beberapa pulau, yaitu Pulau Mendol di Penyalai, Pelalawan. Kemudian berlanjut ke pulau-pulau di Karimun, yaitu Pulau Kundur, Pulau Belat, Pulau Karimun Besar, Pulau Karimun Anak dan berakhir di Kukup, Johor Malaysia.

"Nanti, konsep ini akan diusulkan ke pusat melalui program MP3EI (Master Plan Percepatan Pembangunan dan Ekonomi Indonesia) sehingga pusat diharapkan menyetujui untuk mengalokasikan anggaran untuk pembangunan jembatan tersebut," katanya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Karimun TS Arif Fadillah mengatakan, konektivitas pulau-pulau yang digagas kedua pemerintah kabupaten diberi nama Sumatra Semenanjung Melayu.

"Tahun ini, Pemkab Karimun akan menyusun master plannya, melengkapi master plan yang telah dibuat Pemkab Pelalawan," katanya.

Arif Fadillah mengatakan Pemkab Pelalawan, sebenarnya telah memasukkan pulau-pulau di Karimun dalam master plannya, yaitu Pulau Kundur dan Pulau Belat karena merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

"Panjang jembatan secara keseluruhan sekitar 38 kilometer, termasuk jembatan yang menghubungkan Pulau Karimun Anak dan Kukup, Malaysia. Sedangkan anggarannya kita harapkan berasal dari pusat karena jumlahnya mencapai belasan triliun rupiah," tuturnya.

"Jika dibandingkan dengan pembangunan jembatan dari Dumai, Rupat dan Melaka, Malaysia yang memiliki panjang 61 kilometer, maka jembatan yang dibangun dari Pelalawan hingga Kukup lebih efisien dan biayanya lebih sedikit," ujarnya.

(KR-RDT/A013)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013