Frankfurt (ANTARA News) - Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada pertemuan kebijakan di Frankfurt, Kamis, meskipun Prancis mengkhawatirkan bahwa kenaikan kuat euro baru-baru ini dapat menimbulkan ancaman bagi pemulihan ekonomi.

Seperti banyak diprediksi oleh analis dan pengamat ECB, dewan gubernur pengatur kebijakan bank memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pembiayaan kembali (refinancing) utama di rekor terendah 0,75 persen, yang telah bertahan sejak Juli tahun lalu.

Presiden ECB Mario Draghi dijadwalkan akan menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut pada konferensi pers pascapertemuan.

Para analis mengatakan bahwa dengan tidak adanya langkah kebijakan baru yang diharapkan, perhatian kemungkinan fokus pada euro yang akhir pekan lalu naik ke tingkat tertinggi dalam lebih dari setahun terhadap dolar.

Analis Newedge Strategy Piazza Annalisa mengatakan ia memperkirakan Draghi tetap hati-hati tentang prospek pertumbuhan, meskipun indeks kepercayaan meningkat di seluruh kawasan euro, karena "kabar baik yang datang dari meningkatnya kepercayaan bisnis mungkin diimbangi oleh dampak negatif dari euro yang lebih kuat."

Jennifer McKeown dari Capital Economics mengatakan Draghi akan cenderung mengelak pertanyaan tentang dampak potensial dari euro yang kuat.

Bank sentral selalu menekankan tidak memiliki target nilai tukar.

Para analis mengatakan Draghi kemungkinan akan mengulangi sikap negara-negara Kelompok 20 (G20) yang pada November tahun lalu mengatakan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk "sistem nilai tukar yang lebih ditentukan pasar dan fleksibilitas nilai tukar yang mencerminkan fundamental yang mendasarinya."

Namun demikian, Prancis telah memicu debat pekan ini bahwa mata uang kuat bisa mengganggu pemulihan kawasan euro, sekalipun Jerman bersikeras tidak ada alasan untuk tanda bahaya itu.

Pada Selasa, Presiden Perancis Francois Hollande menyerukan zona euro untuk mengelola nilai tukar euro.

Berbicara di hadapan Parlemen Eropa di Strasbourg, Hollande mengatakan "zona mata uang tunggal harus memiliki kebijakan devisa, jika tidak akan melihat nilai tukar diperlakukan (oleh pasar) tidak sejalan dengan posisi daya saing riilnya."

Tetapi, Berlin mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir, dengan alasan bahwa dari sudut pandang sejarah, euro saat ini tidak dinilai terlalu tinggi dan bahwa kenaikan baru-baru ini adalah sebuah kontra-reaksi terhadap depresiasi besar di tengah krisis zona euro.

Pejabat Jerman menyatakan bahwa kenaikan euro adalah hal yang baik karena menunjukkan bahwa kepercayaan pasar keuangan dalam mata uang tunggal telah kembali. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013