Lampu obor yang dipegang oleh wisatawan tujuannya agar bisa menerangi sekaligus melihat suasana alam sepanjang sungai tersebut."
Badung (ANTARA News) - Bermain "rafting" atau arung jeram pada malam hari di Desa Bongkasa, Kabupaten Badung, Bali, menjadi tantangan tersendiri bagi wisatawan, karena hanya berbekal penerangan lampu obor harus mampu melewati sungai berliku dan deras.

Wisatawan yang ingin mencoba bermain "rafting" menyelusuri Sungai Ayung yang terkenal dengan airnya deras dan arung jeram kuat itu harus siap mengadu adrenalin.

Kegiatan arung jeram ini digagas oleh sebuah perusahaan jasa Rafting Adventure yang ada di Desa Bongkasa, Badung.

Alasan perusahaan adalah ingin memperkenalkan dan memberikan objek wisata lain dari pada yang lain bagi wisatawan yang ingin merasakan gelapnya malam di sungai tersebut.

Untuk mencapai lokasi "rafting" tersebut wisatawan diajak menuruni jalan setapak lebih kurang 500 meter dari tepi jalan aspal.

Namun sepanjang jalan tersebut wisatawan tidak perlu khawatir, karena pemandu dan penyedia jasa petualang sudah memberi penerangan lampu obor sepanjang jalan itu.

Paket yang diberi nama "Fullmoon Rafting" sebagai kolaborasi tradisi budaya masyarakat Bongkasa, ketika pada bulan Purnama warga setempat mengadakan ritual "melukat" yaitu sebuah upacara pembersihan diri di sungai agar mendapatkan berkah dari Tuhan Maha Kuasa.

Tradisi budaya inilah yang menginspirasikan sebuah jasa "rafting" untuk mengkemasnya menjadi atraksi pariwisata untuk wisatawan yang ingin menikmati rafting malam hari.

"Paket wisata rafting malam hari tersebut yang kami kemas adalah kolaborasi budaya masyarakat, dimana pada bulan Purnama warga Bongkasa menggelar ritual `melukat` di sungai Ayung. Namun kali ini kami kolaborasikan inspirasi tersebut ke dalam sebuah wisata," kata Wayan Sunarta, seorang pemandu arung jeram.

Ia mengatakan ajang wisata ini para wisatawan domestik dan asing selain melakukan rafting layaknya di siang hari, namun keunikan yang kami suguhkan adalah wisatawan dibekali lampu obor untuk dapat melihat suasana disekitar sungai tersebut.

"Lampu obor yang dipegang oleh wisatawan tujuannya agar bisa menerangi sekaligus melihat suasana alam sepanjang sungai tersebut," kata Sunarta yang sudah menjadi pemandu arung jeram puluhan tahun tersebut.

Menurut dia, berarung jeram malam hari adalah sebuah atraksi untuk mengenalkan alam pada malam hari, khususnya di sepanjang sungai Ayung yang masih eksotik itu.

"Wisatawan akan terperanggah melihat keindahan malam di sungai Ayung, dengan penerangan lampu yang dipegang oleh wisatawan serta bayang-bayang sinar bulan Purnama akan menambah suasana alam yang masih alami," ucapnya.

Selain itu, kata Sunarta, wisatawan sepanjang melewati sungai tersebut sekitar empat kilometer juga disuguhkan kesenian kolaborasi yang dibagi dalam tiga lokasi.

"Paket wisata ini tidak hanya memperkenalkan rafting malam hari saja, tapi wisatawan juga bisa menikmati kesenian kolaborasi antara Bali dan kesenian Jawa, sehingga ketegangan saat mendayung perahu karet yang ditumpangi menjadi sirna dalam sebuah hiburan menarik," katanya.

Sementara itu, Frasiska Tyas Meirani (Ken Sisca) dari pihak brobok.com selaku penggagas acara tersebut menyatakan kemasan pentas seni dipinggir sungai Ayung tersebut akan memadukan konsep alam.

Dikatakan, ada empat titik yang dirancang sebagai lokasi "performance art" yang mengambil lokasi di sepanjang Sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kabupaten Badung.

Kegiatan ini didukung penuh oleh brobok.com yang merupakan "live streaming organizer" kolaborasi dari IT solution, "operator adventure", dan pementasan kesenian yang peduli akan perkembangan seni budaya.

"Konsep acara ini kami mengambil inisiatif untuk meningkatkan kembali pengenalan warisan budaya dan seni yang dikemas dalam kesenian kolaborasi," katanya.

Mengadu keberanian
Awalnya, saat start dari Desa Bongkasa para wisatawan tampak begitu "anteng" mendayung perahunya melintasi riak-riak kecil sungai Ayung.

Namun, usai melintasi kelometer pertama, di mana relung sungai cukup tajam dan bergelombang, mulai terdengar pekik dan jeritan semi histeris dari para peserta arung jeram.

Wartawan ANTARA yang tergabung dalam rombongan melaporkan, suasana tegang semakin terasa ketika pendayung tidak tanggung-tanggung membuka mulut lebar-lebar sambil berteriak "wauuuu" begitu perahu karet yang mereka tumpangi memutar dipusaran arus cukup kencang.

Betapa tidak, memasuki kilometer yang kedua, perahu yang ditunggangi para pengarung jeram harus turun milintasi air "menukit" diapit bebatuan cukup besar.

Sunarta seorang pemandu rafting mengakui, salah-salah, perahu bisa terbalik di turunan tersebut.

"Ya, medannya lumayan sedikit berat untuk pemula di dunia rafting apalagi saat malam hari. Penuh tantangan, bila tidak cermat perahu karet bisa terbalik," katanya sembari menuntun dengan biduk pengayuh perahu.

Namun demikian, kata dia, pendayung tidak usah khawatir tenang saja, karena sebelumnya penyelenggara kegiatan ini sudah melakukan survei dan uji coba.

"Tenang aja, tidak akan terjadi apa-apa. Ingat petunjuk dan aba-aba agar jalan perahu ini sesuai prosedur," katanya, sembari menenangkan wisatawan yang ketakutan itu.

(I020/A025)

Oleh I Komang Suparta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013