Karena langkah revolusinya, Chavez menghadapi musuh politik baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri Venezuela.
Jakarta (ANTARA News) - Hugo Chavez pernah mengalami dua kudeta di Venezuela, pertama ia yang melakukan kudeta dan yang kedua ia yang dikudeta.

Ketika masih bergabung dengan militer, Hugo Chavez memang pernah ditempatkan di beberapa unit untuk mengatasi pengaruh kelompok Marxist yang berusaha untuk menjatuhkan kekuasaan Carlos Andres Perez. Tetapi ia tidak terlalu melakukan banyak aksi, alih-alih ia sibuk menghabiskan waktunya untuk membaca literatur kiri.

Ketika ia ditugaskan untuk mengajar di akademi militer pada tahun 1981, tempat dimana ia pernah belajar, ia mendapatkan posisi untuk melakukan indoktrinasi generasi militer berikutnya dengan ide-ide politiknya.

Karena pengaruhnya cukup kuat, Chavez kemudian dikeluarkan akademi militer dan ditempatkan di wilayah terisolir Apute, yang diyakini ia hanya akan memiliki sedikit pengaruh.

Chavez menyibukkan dirinya membuat hubungan dengan suku-suku lokal, suatu hal yang akan menguntungkannya pada masa ia memimpin, sebagaimana diberitakan BBC.

Kudeta Pertama

Pada Februari 1992, Hugo Chavez memimpin usaha untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Carlos Andres Perez di tengah meningkatnya kemarahan pada kebijakan Perez di bidang ekonomi.

Perez melakukan langkah-langkah penghematan ekonomi yang menyebabkan protes meluas.

Revolusi yang dilakukan oleh anggota Revolutionary Bolivarian Movement-200 menyatakan masih menyisakan 18 orang hidup dan 60 orang cedera, sebelum akhirnya pemimpin RBM, Colonel Chavez menyatakan menyerah. Hal itu menyebabkan Chavez berada di penjara militer.

Namun sembilan bulan kemudian, pada November 1992, rekan seperjuangannya berusaha untuk melakukan kudeta kedua. Tetapi kudeta itu juga hanya berhasil sampai menyandera sebuah stasiun TV dan menyiarkan sebuah rekaman video Chavez yang menyatakan kejatuhan pemerintahan.

Revolusi berlanjut


Hugo Chavez menghabiskan masa dua tahun di penjara sebelum mengumumkan pendirian partainya sebagai Gerakan Republik ke-5 (Fifth Republic Movement) yang merupakan transisi dirinya dari tentara menuju politikus.

Untuk mendapatkan opini yang luas, Chavez menghabiskan waktunya mengunjungi beberapa pemimpin politik di Amerika Latin dan menemukan dukungan kuat dan persahabatan dari presiden revolusioner Kuba, Fidel Castro.

Chavez meyakini benar bahwa untuk menggulingkan pemerintahan harus dengan kekuatan, tetapi kemudian beralih pikiran dengan mencalonkan diri sebagai kandidat pada Pemilu Presiden tahun 1998.

Venezuela tidak seperti kebanyakan negara tetangganya di Amerika Latin, negeri itu menikmati periode yang tidak terputus dari pemerintahan demokratik sejak 1958. Tetapi dua partai utama yang merupakan alternatif pilihan masyarakat, berada pada tuduhan terlibat dalam sistem yang korup dan menyia-nyiakan kekayaan minyak besar di Venezuela.

Hugo Chavez menjanjikan perubahan revolusi dalam kebijakan sosial yang selama ini secara terus menerus disalahgunakan oleh kelompok oligarki yang merupakan pelayan masyarakat yang korup yang menghamba kepada pemodal internasional.

Chavez pernah menggambarkan pejabat-pejabat perusahaan minyak sebagai "hidup bermewah-mewah dengan melakukan pesta besar dan mabuk-mabukan".

Meraih kekuasaan

Chavez secara cepat mendapatkan dukungan luas, tidak hanya dari kalangan masyarakat miskin di masyarakat Venezuela. Tetapi juga dari kalangan kelas menengah yang melihat bahwa standar hidup telah digerus oleh kegagalan mengarahkan ekonomi.

Pilihan kalangan kelas menengah Venezuela menjadi alat untuk mendongkrak Chavez menuju ke kekuasaan dengan 56 persen suara.

Tidak hanya melakukan retorika revolusi, di masa kepemimpinan pertamanya ia menunjuk figur-figur konservatif di posisi politik. Chavez menjalankan ekonomi mengacu kepada garis besar yang ditentukan oleh Dana Moneter Internasional, dan membuat usaha positif untuk mendorong investasi dari perusahaan global.

Chavez juga memulai program reformasi sosial, dengan melakukan investasi di infrastuktur negara yang mulai hancur, dan mendirikan pelayanan kesehatan gratis serta memberikan subsidi makanan untuk orang miskin.

Pada tahun 1999 ia mengajukan perubahan konstitusi yang memperoleh dukungan luar biasa terhadap idenya di sebuah referendum publik, yang merupakan kelaziman dalam politik Venezuela.

Dalam pemilu berikutnya dalam rangka membentuk konstitusi yang baru, pendukung Chavez memenangkan 95 persen dari kursi dan mayoritas penduduk mendukung.

Salah satu ketentuan dari orde yang baru bahwa pemilu selanjutnya harus diadakan di tahun 2000 yang mensyaratkan Chavez harus menang dengan 59 persen suara.

Kudeta Kedua

Karena langkah revolusinya, Chavez menghadapi musuh politik baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri Venezuela. Hubungan luar negerinya dengan Washington sangat rendah ketika ia menuduh pemerintahan Amerika Serikat melakukan perlawanan terhadap teror dengan teror juga (fighting terror with terror) selama periode perang di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001.

Partai oposisi di dalam negeri yang datang dari kelas menengah yang merasa kekuasaan politiknya tergerus oleh Chavez dengan menuduhnya memimpin negara melalui satu partai.

Pada 11 April 2002, Presiden Hugo Chavez keluar dari kantornya selama 47 jam, dan dikembalikan oleh kombinasi kalangan loyalis militer dan dukungan publik besar-besaran terhadap pemerintahannya.

Sebelumnya, Chavez ditahan oleh anggota militer dan kalangan elite pro pengusaha yang diwakili oleh Federasi Kamar Dagang Venezuela (Fedecamaras) yang dipimpin Pedro Carmona, yang kemudian mendeklarasi diri sebagai presiden sementara.

Carmona secara singkat memerintahkan  pembubaran Majelis Nasional Venezuela dan Mahkamah Agung, serta menyatakan Konstitusi 1999 Venezuela batal.

Kudeta untuk menggulingkan Chavez diduga telah disiapkan selama enam sampai sembilan bulan sebelumnya. Keputusan kudeta muncul setelah beberapa peraturan yang dikeluarkan Chavez pada November 2011, untuk memperkuat kontrol pemerintah terhadap Perusahaan Minyak Venezuela (PDVSA).

Demonstrasi besar terjadi di Desember 2011. Berlanjut di awal 2012 tuntutan mundur terhadap Chavez keluar dari beberapa figur petinggi militer. Di awal April 2012 perlawanan terhadap kepemimpinan muncul setelah terjadinya demo di PDVSA, yang kemudian menjadi demonstrasi besar-besaran dengan dukungan dari CTV dan kelompok pengusaha pro-kapitalis Fedecamaras.

Pada 11 April, pendemo turun ke sekitar istana presiden dimana pendukung Chavez juga melakukan demo juga. Ketika kedua pendemo itu saling mendekat, bunyi tembakan terdengar, sekitar 19 orang tewas.

Media pendukung oposisi menyalahkan kematian pendemo kepada pendukung Chavez, media mengklaim memiliki rekaman film penembakan terhadap pendemo yang tak bersenjata dari sebuah jembatan. Narasi ini diterima tanpa pertanyaan kritis dari media internasional. Sementara pendukung Chavez mengklaim bahwa penembak jitu yang tidak diketahui yang bertanggung jawab atas kematian tersebut.

Arus utama media di Venezuela dimiliki oleh perusahaan privat dan sangat jelas bahwa kudeta itu ditutup-tutupi oleh media utama. Media memiliki peran penting dalam kudeta, mereka menutup-nutupi kudeta dengan menayangkan demonstrasi besar di sekitar istana presiden.

Sebagaimana ditulis Wikipedia, media swasta menolak untuk mewawancara pejabat pro-pemerintah dan meliput mengenai penahanan Chavez.

Usaha pendukung Chavez untuk membuka kenyataan bahwa Chavez tidak mengundurkan diri dan berada dalam tahanan, tidak dipedulikan dan disensor. Sebuah divisi militer penting berusaha mempublikasikan penolakannya terhadap kudeta juga tidak dipedulikan media, dan hanya dilaporkan oleh CNN.

Tetapi hanya berselang dua hari, setelah pendukung setianya, terutama kalangan kelas bawah Venezuela mengambil alih jalanan. Chavez berhasil dikembalikan ke istana presiden.

Setelah pendukung Chavez mengambil alih istana Miraflores, jaringan utama media penghentikan pemberitaan secara bersama-sama, dengan dua dari tiga koran utama menunda edisi hari minggu dengan alasan keamanan.

Setelah kudeta Organisasi Negara Amerika (OAS), dialog nasional pun digelar, seperti yang dilakukan di Peru pada pemilu 2000. Atas permintaan Chavez, the Carter Center dan UNDP juga dilibatkan.

Untuk dapat berpartisipasi dalam proses dialog nasional ini, oposisi anti-Chavez membuat Coordinadora Democratica (CD), dimana CD mengajukan sarana non-pemilu untuk menjatuhkan pemerintahan Chavez yang terpilih secara demokratis.

CD terlibat dalam demonstrasi besar 2002-2003. Setelah usaha itu gagal, CD memulai mengorganisir referendum Venezuela 2004.

Oleh Ella Syafputri
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013