Alhamdulillah saya dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Divisi Komunikasi Publik Andi Nurpati meraih gelar doktor dari studi Stata 3 jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Universitas Negeri Jakarta.

"Alhamdulillah saya dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude," kata Andi saat saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.

Gelar tersebut diraih melalui prosesi yudisium doktor yang diawali dengan rapat terbuka senat Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan dipimpin oleh Direktur Pasca-Sarjana Prof Dr H Djaali dengan anggota penguji, meliputi Ketua Program Studi MSDM Prof Dr Muchlis L Ruddin, Prof Dr Thamrin dan Prof Dr Soedijarto.

Dilanjutkan dengan presentasi disertasi dengan judul "Evaluasi Pelaksanaan Program Sosialisasi Pemilu Anggota DPR, DPD,DPRD di KPU RI Tahun 2009".

Dia menjelaskan penelitian tersebut bersifat evaluatif dengan metode kualitatif deskriptif analisis yang menggunakan metode context, Input, Process and Product (CIPP)

"Hasil penelitian secara umum pelaksanaan sosialisasi pemilu legislatif pada 2009 berjalan dengan baik meskipun banyak kendala yang dialami," katanya.

Dia menyebutkan, kendala tersebut di antaranya, keterlambatan undang-undang penyelenggara pemilu dan undang-undang pemilu disahkan serta keterlambatan pembentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) akibat dari diperpanjangnya KPU sebelumnya.

Selain itu, dia menambahkan bahwa KPU belum memiliki PNS atau staf sendiri baik di pusat maupun di daerah, keterbatasan waktu dan biaya untuk sosialisasi.

Dia juga menyoroti pemilih golput yang cukup tinggi yaitu sebanyak 29 persen.

Andi menyebutkan partisipasi pemilih tertinggi terdapat di daerah Papua sebanyak 90 persen dan terendah di Provinsi DKI Jakarta, yakni hanya 49 persen.

"Sudah dapat disimpulkan bahwa sistem noken di Papua menentukan tingginya partisipasi tersebut apalagi pemilih di distrik dimobilisasi ke TPS," katanya.

Sedangkan di DKI Jakarta, dia menjelaskan, presentase golput sangat tinggi, yakni 51 persen karena dipicu oleh masyarakat yang apatis terhadap pemilu.

Dia menyebutkan, masyarakat Jakarta lebih memilih memanfaatkan hari H untuk berlibur, rekreasi dan mencari rezeki.

"Selain itu, mereka tidak melihat caleg yang dianggap mampu perjuangkan aspirasinya," katanya.

(J010/Z002)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013