Saya yakin ini babak baru dalam sejarah hubungan antara kaum Muslim dan Katolik."
Jakarta (ANTARA News) - Seperti sudah diramalkan oleh banyak media Eropa bahwa seorang Kardinal dari negara Amerika Latin mempunyai peluang besar untuk menjadi pemimpin umat Katolik Roma, maka ketika kardinal Argentina Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus Fransiskus I, banyak harapan tertumpu padanya.

Paus Fransiskus I dikenal memiliki reputasi yang sama dengan pendahulunya, Paus Benediktus I, yaitu seorang yang konservatif dan sederhana.

Ketika memilih nama resmi sebagai Bapa Suci, beliau mengambil nama Santo Fransiskus dari Asisi, figur orang suci yang sederhana, ini sangat tepat dengan sosoknya, kata rohaniwan Katolik, Romo Mudji Sutrisno SJ.

Santo Fransiskus dari Asisi adalah putra pedagang kaya yang kemudian menjalani hidup sederhana sebagai rohaniwan dan meninggal pada tahun 1226 dalam kesederhanaan dan kemiskinan.

Paus Fransiskus I sudah lama dikenal sebagai sosok yang sederhana, misalnya contoh terakhir saat ia menolak kendaraan limosin dan memilih naik kereta menjelang pemilihan paus di Vatikan, sehari-hari ia naik bus dan tinggal di apartemen sederhana. Maka ia menjadi tokoh yang diharapkan dapat membangun kembali gereja Katolik dari karut-marut yang antara lain membuat Paus Benediktus XVI mengundurkan diri karena merasa tidak mampu melanjutkan tugasnya.

Lama berkarya di Amerika Latin, negara yang masih menghadapi kemiskinan, Paus Fransiskus I diyakini akan memegang komitmennya pada keadilan sosial.

"Paus akan mengembalikan peran gereja dalam pelayanan kepada umat serta membangun persaudaraan.," kata Mudji Sutrisno,SJ.

Bagi Fransiskus I gereja bukanlah sebuah gedung atau bangunan, namun ia akan mengunjungi kantong-kantong umat secara langsung untuk memuliakan hidup, juga mengajak umat kembali pada hidup suci.

Oleh karena sikapnya yang memuliakan hidup, Paus adalah sosok yang akan menegaskan komitmennya untuk menolak pengguguran kandungan, juga pemakaian alat kontrasepsi, kata Romo Mudji.

Kesederhanaannya dapat diamati pada saat akan memberikan "berkat" (urbi et Orbi) bagi kota (Roma) dan dunia, sesaat setelah terpilih sebagai pemimpin Tahta Suci, Fransiskus I terlebih dahulu mengajak orang-orang yang berada di hadapannya untuk hening dan berdoa bagi dirinya.

Sambutan Pemimpin dunia
Perdana Menteri Irlandia Enda Kenny, yang dua tahun lalu menyerang Vatikan dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh seorang pastor, kini berdoa untuk Bapa Suci, agar sehat dan kuat serta mendapat bimbingan rohani dalam memimpin gereja Katolik yang menghadapi banyak persoalan.

Fransiskus I menghadapi pula tantangan dari luar gereja yaitu sekularisme di Eropa dan penyebaran agama Islam di Afrika dan Asia.

Slamet Effendy Yusuf, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) kepada Reuters mengatakan harapannya pada Paus Fransiskus I untuk mempunyai pemahaman yang lebih baik atas sikap Islam yang cenderung negatif terhadap dunia barat, karena Paus baru itu juga berasal dari negara ketiga.

"Saya berharap Paus akan membangun dialog yang lebih baik, bukan konfrontatif. Saya yakin ini babak baru dalam sejarah hubungan antara kaum Muslim dan Katolik,"katanya.

"Tidak akan ada banyak perubahan dalam ajaran gereja, namun ia mempunyai reputasi sebagai sosok yang kukuh pada pendiriannya," kata pastor James Bretzke dari ordo Jesuit yang menjadi dosen teologi moral di Boston.

Banyak pemimpin negara yang menaruh harapan pada Fransiskus I, misalnya Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang menyebutnya "Pemenang bagi kaum miskin dan papa".

Perdana Menteri Australia Julia Gillard, seorang ateis yang meminta penyelidikan nasional atas pelecehan sosial terhadap anak-anak oleh lembaga-lembaga termasuk gereja, mengatakan bahwa pemilihan Bapa Suci dari "negara baru" ini merupakan peristiwa bersejarah.

Sementara itu gereja Ortodoks Rusia menyambut hangat pemilihan ini dan berharap agar hubungan kedua gereja, Katolik dan Ortodoks akan berkembang ke arah yang baik.

Sekjen Perserikatan bangsa-Bangsa Ban Ki-Moon mengharapkan Paus ke 266 yang terpilih pada 13 Maret 2013 ini dapat melanjutkan kegiatan dialog antar-agama.

Christopher M Bellitto, ketua dosen sejarah pada Universitas Kean di New Jersey, AS, Penulis "101 tanya-jawab tentang Paus dan kepausan", pada CNN menuturkan bahwa Paus Fransiskus I, seperti Santo Ignatius, dikenal sebagai orang yang menggunakan akal-budi untuk memecahkan persoalan, tetapi menggunakan hati untuk membuat keputusan dan ia seperti Fransiskus dari Asisi, ia menjalankan tugas sebagai rohaniwan yang ditahbiskan tetapi tidak tenggelam dalam kenyamanan diri sendiri dan memanfaatkan peruntungan sebagai pemuka agama.

Bagi umat Katolik di Indonesia, terpilihnya Bapa Suci Fransiskus I juga menjadi kabar suka cita, beberapa orang memajang fotonya dalam status di akun facebook, Blackberry dan menjadi perbincangan antar-teman dan keluarga, mengakhiri doa-doa Novena yang dibawakan secara berantai untuk mengharapkan terpilihnya seorang pemimpin umat yang sangat diharapkan.

"Selamat, kita sudah memiliki Paus yang baru" ucapan seperti itu juga beredar dalam pesan singkat telepon.

Oleh Maria D. Andriana
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013