Ada warna perubahan yang radikal plus revolusioner yang bakal ditempuh oleh Paus Fransiskus. Inilah monumen yang ditanamkan dalam diri seseorang yang mencintai sepak bola
Jakarta (ANTARA News) - Bicara "futbolista" sebagai olah raga para gladiator di negeri "don't cry for me Argentina" tidak bisa lepas dari aura gontok-gontokan. Lakon sepak bola Argentina sarat drama perseteruan sampai berurat-berakar.

Kardinal Jorge Bergoglio, yang kini menjadi Paus Fransiskus, terlahir dari atmosfer gaduh antara dua faksi bersengketa, Boca Juniors mewakili kelompok proletar, River Plate mengerek bendera borjuis.

Kedua kelompok saling beradu bak banteng versus matador. Ada benang sejarah dari duet Karl Marx dan Frederick Engels dalam ziarah futbolista Argentino.

Di tengah dua kubu bersengketa, Kardinal Bergoglio memahami bahwa bangunan ideologi nasional Argentina salah satunya dirancang dari laga sepak bola. Dia kemudian menggenggam bendera klub Atletico San Lorenzo de Almagro, bahkan mencatatkan diri sebagai salah satu fan dari klub yang bermarkas di Buenos Aires itu.

Gambar Bergoglio dengan bendera klub tersebut diambil pada 24 Maret 2011. Setelah kardinal Bergoglio terpilih menjadi Paus Fransiskus, pekan-pekan ini gambar itu banyak menghiasi sejumlah pemberitaan internasional.

Sama hebohnya ketika salah satu legenda sepak bola Argentina Diego Maradona membaptis ungkapan "tangan Tuhan" untuk mengesahkan gol kontroversial dalam ajang Piala Dunia 1986.

Inggris sungguh terluka dengan gol itu, padahal sepak bola Argentina menerima banyak pengaruh dari Inggris. Boleh dibilang, revolusi "tangan Tuhan" Maradona memakan "ibunya sendiri". Diibaratkan, kacang lupa kulitnya. Dan Maradona menuai banyak kecaman dari publik bola Inggris.

Kardinal Bergoglio memilih nama Fransiskus, karena ia ingin napak tilas dengan perjalanan hidup Santo Fransiskus Assisi (1181-1226) yang menempuh jalan revolusioner untuk membarui gereja masa itu.

Setelah mendengar seruan dari salib San Damiano, "perbaikilah gerejaku, perbaikilah gerejaku", Fransiskus sebagai putra dari pedagang kain yang kaya raya masa itu, langsung menjual kain-kain milik ayahnya untuk kemudian disumbangkan bagi perbaikan gereja itu.

Sejak peristiwa itu, Fransiskus hidup menggelandang dan memilih kerendahan hati dan kemiskinan sebagai semangat hidupnya di kemudian hari.

Kardinal Bergoglio memahami bahwa sepak bola adalah roh revolusioner yang menghidupi rakyat Argentina. Keinginan untuk memperbaiki kondisi negeri Argentina dapat dimulai dan dapat ditelisik dari futbolista.

Futbolista Argentino sebagai ritual negeri memuat fanatisme, loyalitas dan rivalitas. Dan Buenos Aires kerapkali menjadi saksi sejarah dari "tritunggal" futbolista, yakni fanatisme, loyalitas dan rivalitas.

Ingat bahwa superclasico di Argentina memanggungkan bentrokan antara klub elite di Buenos Aires City, Boca Juniors, melawan River Plate. Menurut catatan pengamat bola, Arief Natakusumah, sebutan "gallinas" adalah sebutan pendukung River kepada fan Boca Juniors yang harafiahnya berarti "chicken" alias pengecut".

Sementara itu, kubu "xeneize", merupakan bahasa cibiran dari orang-orang Genova, Italia Utara, yang merupakan asal mula dari tradisi River, malah memanggil suporter Boca dengan sebutan bosta atau bosteros, yang artinya...tinja!

"Sebagai insitusi kami bangga bahwa Paus Fransiskus menjadi paus pertama yang berasal dari Amerika Selatan. Ia adalah anggota San Lorenzo," demikian pernyataan dari klub itu. Sayangnya klub San Lorenzo memang belum pernah memenangi Copa Libertadores.

Bermodal tritunggal futbolista itulah - fanatisme, loyalitas, dan rivalitas - kini Argentina punya Paus Fransiskus, Diego Maradona dan Lionel Messi. Ketiganya sama-sama berjuluk "Messiah" (Sang penyelamat) pada masanya.

Apakah timnas Argentina kelak keluar sebagai juara dunia sepak bola dalam Piala Dunia 2014 di Brazil? Restu ilahi lewat Paus Fransiskus akan memotivasi semangat juang pasukan Argentina di kejuaraan dunia sepak bola.

Paus Fransiskus hidup dan dihidupi dalam tritunggal futbolista. Tidak heran, bila sejumlah pengamat Vatican menyebut bahwa Paus Fransiskus tidak akan menempuh langkah toleran berkaitan dengan soal-soal yang berhubungan dengan pelecehan seksual. Ia disebut-sebut akan memberlakukan pengawasan ketat atas keuangan gereja.

Ada warna perubahan yang radikal plus revolusioner yang bakal ditempuh oleh Paus Fransiskus. Inilah monumen yang ditanamkan dalam diri seseorang yang mencintai sepak bola. Dan orang itu kini menjadi pemimpin dari umat Katolik sedunia yang berjumlah 1,2 milyar jiwa.

Harian La Nacion menurunkan kepala berita dengan judul "Revolusi dari Fransiskus: Kerendahan hati dan Kemiskinan". Kemudian penasehat pemerintah Argentina untuk urusan agama, Domingo Bresci berpendapat bahwa paus yang baru bakal menempuh langkah radikal plus revolusioner.

Bresci, yang pernah menempuh studi bersama dengan Bergoglio pada tahun 1950-an, menyatakan radikal plus revolusioner menjadi kata kunci bagi langkah Paus Fransiskus.

"Kepala berita itu benar-benar jitu. Kiprahnya akan berdampak penting bagi dunia," kata Bresci yang dikenal sebagai salah satu aktivis dari gerakan teologi-teologi Pembebasan di Argentina. "Ia akan mengubah struktur gereja."

Bergoglio pernah hidup dan dibesarkan di 531 Membrillar Street, kawasan rumah dari kalangan menengah. Lima menit dari rumah orangtuanya itu, dapat dijumpai kawasan yang dihuni banyak orang miskin, yang dikenal sebagai "villas de emergencias".

Tak jauh dari lokasi itu, ada klub sepak bola San Lorenzo, di kawasan yang banyak didiami oleh para pendatang asal Amerika Selatan.

Sepanjang jalan kota itu banyak dihiasi dengan corat-coret di tembok berisi aneka slogan semangat sepak bola. Di sepanjang jalan itu, kerapkali ditemukan tulisan "Revolusi", sebagaimana dikutip dari laman Guardian.

Sebagai mantan Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio tahu benar cara merespons kawasan itu. Gustavo Carrara, aktivis dari gerakan rehabilitasi pecandu narkoba di kawasan itu mengatakan, "Ia tahu benar masalah di sini...Sebagai paus, moga-moga ia senantiasa dekat dengan orang miskin."

"Don`t cry for me Argentina", begitulah suara sarat memohon dari Madonna, yang melakonkan Eva Peron dalam film Evita, ketika menyaksikan negeri yang ia kasihi dengan sepenuh hati terus dibasuh, dicobai bahkan didera dengan macam-macam perseteruan.

Dan Argentina punya futbolista Argentino yang mengusung fanatisme, loyalitas, dan rivalitas sebagai roh yang menjiwai pembangunan negeri.
(A024)

Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013