Ini merupakan perbaikan dari mungkin beberapa kesalahan yang dibuat empat tahun lalu ketika Obama datang ke kawasan dan melewatkan Israel."
Yerusalem (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Selasa tiba di Israel dan dijadwalkan mengadakan serangkaian pertemuan, sehari menjelang kunjungan bersejarah Presiden Barack Obama.

"Menteri Luar Negeri pada saat ini berada di Israel menjelang kedatangan presiden," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland kepada wartawan di Washington, lapor AFP.

Ia mengatakan Kerry akan "melakukan satu atau dua pertemuan dalam mempersiapkan kedatangan presiden" namun menambahkan bahwa "soal jadwal, masih dibahas."

Nuland tidak memberikan kepastian, namun media Israel melaporkan bahwa Kerry, yang akan mendampingi Obama dalam lawatan tiga harinya dan perjalan ke Yordania, akan kembali ke Yerusalem pada Sabtu untuk mendorong perundingan perdamaian yang baru.

Surat kabar Haaretz mengatakan Kerry akan menghadiri acara makan malam dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Sabtu malam untuk melihat kemungkinan dihidupkannya kembali upaya perdamaian dengan pihak Palestina.

"Kerry ingin mendengar Netanyahu dan... presiden Mahmud Abbas menyatakan keinginan mereka untuk berpartisipasi dan mengatakan langkah-langkah apa yang akan mereka ambil untuk melangkah maju," kata Haaretz.

"Lebih khusus, Kerry tertarik untuk mengetahui apa yang bisa diperbuat Netanyahu, mengingat bahwa mayoritas dari koalisi barunya itu berlawanan dengan kompromi politik (dengan Palestina) dan menentang pembentukan sebuah negara Palestina."

Koalisi pemerintah Israel yang baru --dan memperlihatkan dengan jelas bahwa mereka sangat pro-pembangunan permukiman, mulai menjalankan jabatan pada hari Senin, beberapa pekan setelah berlangsungnya perundingan menyusul berlangsungnya pemilihan umum pada Januari lalu.

Lawatan ke Israel dan Tepi Barat akan menjadi yang pertama kalinya dilakukan Obama sebagai presiden.

Mantan wakil menteri negeri Danny Ayalon mengatakan kunjungan itu bisa membantu mengurangi rasa sakit hati publik Israel ketika ia melewatkan Israel dalam lawatan ke negara-negara Arab tahun 2009.

"Ini merupakan perbaikan dari mungkin beberapa kesalahan yang dibuat empat tahun lalu ketika Obama datang ke kawasan dan melewatkan Israel," yang dilihat sebagai "penghinaan" oleh publik Israel, kata Ayalon kepada para wartawan.

Hasil sebuah jajak pendapat yang dikeluarkan hari Selasa oleh lembaga independen Israel Democracy Institute menunjukkan bahwa 51 prosen responden Yahudi Israel menganggap Obama bersikap netral terhadap Israel.

Adapun 53.5 prosen responden tidak percaya bahwa Obama akan menjaga apa yang mereka lihat sebagai kepentingan-kepentingan utama Israel.

Jajak mengatakan bahwa 23 prosen responden menganggap Obama lebih condong ke Palestina dibandingkan kepada Israel, sementara 18 prosen melihat sebaliknya.

Jajak yang digelar bersama Universitas Tel Aviv itu menyebarkan pertanyaan kepada 600 orang dengan poin marjin kesalahan 4.5 persen. (T008/B002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013