Meiktila, Myanmar (ANTARA News) - Sedikitnya 10 orang tewas dalam kerusuhan di Myanmar tengah, kata seorang anggota parlemen Kamis, yang memicu kekhawatiran internasional akan aksi kekerasan terburuk sejak gelombang bentrokan antarmasyarakat tahun lalu.

Asap hitam terlihat mengepul di Kota Meiktila setelah gedung-gedung dibakar dalam hari kedua aksi kekerasan di daerah yang sebelumnya tenang, di mana jam malam diberlakukan.

Beberapa masjid kabarnya dibakar.

Amerika Serikat mengatakan pihaknya "sangat prihatin" atas terjadinya kerusuhan, yang menurut polisi terjadi Rabu setelah satu pertengkaran di satu toko emas milik warga Muslim memburuk dan menyebabkan sekitar 200 orang berkelahi di jalan-jalan.

Win Htein, seorang anggota oposisi partai Liga Nasional untuk Demokrasi mengatakan ia melihat mayat-mayat di lokasi bentrokan-bentrokan baru itu, Kamis.

"Lebih dari 10 orang tewas," katanya kepada AFP dari kota itu, yang adalah daerah pemilihannya.

Kerusuhan itu terjadi saat ketegangan meningkat antara warga Muslim dan Buddha di Myanmar.

Konflik antarmasyarakat di satu daerah berbeda, negara bagian Rakhine, Myanmar barat menewaskan setidaknya 180 orang dan lebih dari 110.000 orang mengungsi tahun lalu membuat optimisme internasional tentang reformasi politik yang dipuji sejak berakhirnya pemerintah militer dua tahun lalu terganggu.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengemukakan kepada AFP bahwa dutabesarnya untuk Myanmar Derek Mitchell, telah menyatakan kecemasannya kepada para pejabat pemerintah Myanmar.

"Kedubes itu juga sedang melakukan kontak dengan para pemimpin masyarakat. Kami akan terus mendorong usaha-usaha publik untuk mengimbau masyarakat tenang, sabar,segera melakukan dialog, dan saling menghormati," kata pejabat yang tidak bersedia namanya disebutkan.

Koordinator PBB untuk urusan penduduk Ashok Nigam menyeru kepada semua pihak "lapang dada dan menahan diri dalam masyarakat mereka."

Seorang penduduk lokal, yang tidak bersedia menyebut namanya, mengatakan ia melihat "banyak mayat", dan menambahkan: "Situasi semakin buruk. Polisi tidak dapat mengendalikan massa."

Seorang juru foto AFP melihat tiga tubuh yang terbakar dan rumah-rumah hangus terbakar.

"Kami takut. Kami memindahkan wanita-wanita dan anak-anak ke gedung-gedung yang lebih aman dekat kantor polisi," kata seorang penduduk lainnya.

Polisi mengatakan beberapa masjid hancur dan seorang biksu Buddha termasuk di antara yang tewas Rabu, tetapi mereka tidak mengungkapkan data terbaru korban Kamis.

Rumah sakit lokal mengatakan pihaknya menerima lima orang tewas dan 20 orang cedera.

"Dua yang tewas akibat luka bakar dan tiga lainnya tewas akibat luka-luka kena tikam dan pukul," kata seorang pejabat rumah sakit, yang tidak bersedia namanya disebutkan.

Ko Ko Gyi, seorang kelompok aktivis politik Generasi 88 yang mengunjungi Meiktila Rabu mengatakan orang-orang dari kedua masyarakat itu meninggalkan rumah-rumah mereka karena khawatir diserang.

Warga Muslim Myanmar-- sebagian besar keturunan India, China dan Bangladesh -- merupakan empat persen dari jumlah 60 juta jiwa penduduk negara itu kendatipun negara itu tidak melakukan sensus penduduk dalam tiga dasa warsa belakangan ini.

Win Htein mengatakan ada sekitar 30.000 warga Muslim di Meiktila dari 08.000 penduduk kota itu, tetapi tidak pernah terjadi bentrokan serupa itu sebelumnya, demikian AFP melaporkan.

(SYS/H-RN)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013