Itu (`sport science`) bagian dari variabel peningkatan prestasi olahraga yang penting namun harus diimplementasikan. Kami ada kemitraan dengan 12 Perguruan Tinggi Negeri yang memiliki Fakultas Ilmu Keolahragaan,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan 12 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia untuk maksimalkan penerapan pengetahuan olahraga atau "sport science" guna meningkatkan prestasi olahraga.

"Itu (`sport science`) bagian dari variabel peningkatan prestasi olahraga yang penting namun harus diimplementasikan. Kami ada kemitraan dengan 12 Perguruan Tinggi Negeri yang memiliki Fakultas Ilmu Keolahragaan," kata Deputi Peningkatan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Djoko Pekik Irianto saat ditemui usai konferensi pers CIMB Niaga Indonesian Masters di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan PTN tersebut akan dijadikan sentra peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang keolahragaan.

Menurut dia, Kemenpora sudah merancang hal tersebut dengan menciptakan satu perguruan tinggi memiliki satu cabang olahraga unggulan yang dikembangkan.

"Misalnya Yogyakarta dengan perguruan tingginya mengerjakan cabang bola voli pantai dari A sampai Z," ujarnya.

Menurut dia, Fakultas Ilmu Keolahragaan di perguruan tinggi sudah ada sejak tahun 2000 namun masih perlu penerapan di cabang olahraga, karena menurut Joko selama ini akademisi masih memberikan.

Dia mengharapkan para akademisi tidak hanya berbicara secara ilmiah di perguruan tinggi tetapi juga bisa diterapkan di lapangan.

"Selama ini ahli yang kita miliki banyak, tetapi akses ke pengurus cabang olahraga yang belum maksimal," katanya.

Dia menjelaskan Kemenpora akan mendampingi cabang olahraga yang diprioritaskan mendapatkan medali di Olimpiade untuk penerapan "sport science" tersebut. Dia menjelaskan lima cabang tersebut adalah bulu tangkis, panahan, tinju, angkat besi dan taekwondo.

"Kalau perlu pelatih diberi pelatihan `sport science` karena tidak semua pelatih tahu seluk beluk iptek," katanya.

Joko menilai cabang olahraga bulutangkis yang sudah menerapkan "sport science" tetapi masih kekurangan ahli dalam menggunakan alat tersebut.

Dia mencontohkan penggunaan alat "analisis gerak" dalam yang digunakan untuk menganalisis mengapa pukulan seorang atlet bulu tangkis kurang tajam. (I028/R010)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013