Untuk menghindari mendapatkan emas palsu, investor harus membeli di tempat yang memberi garansi keasliannya, kemajuan teknologi memungkinkan emas dipalsukan sehingga masyarakat dapat dengan mudah dikelabui
Jakarta (ANTARA News) - PT Pegadaian Persero menargetkan penjualan logam mulia emas sebesar 3,8 ton selama 2013 atau naik dibanding penjualan tahun 2012 yang mencapai 2,0 ton seiring dengan peningkatan minat masyarakat membeli emas untuk investasi.

"Target penjualan emas tahun ini sekitar 3,8 ton atau senilai Rp1,5 triliun dibanding tahun 2012 sebesar 2,0 ton senilai Rp1 triliun," kata Direktur Bisnis II PT Pegadaian Wasis Djuhar usai Lokakarya Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) tentang untung rugi investasi emas di Wisma Antara Jakarta, Rabu.

Wasis menyebutkan hingga kuartal I 2013, realisasi penjualan emas sudah mencapai Rp469 miliar atau meningkat 50 persen dibanding periode yang sama tahun 2012.

"Penjualan selama kuartal I 2013 meningkat mungkin karena harga selama periode ini memang turun sehingga masyarakat menggunakan kesempatan untuk membeli," katanya.

Ia menyebutkan pembelian emas selama periode Januari hingga Maret 2013 mencapai rata-rata 10 kg per hari.

"Sebagian besar pembelian dilakukan di Galeri Pegadaian sementara pembelian secara online belum banyak. Porsi pembelian secara online kemungkinan baru 10 persen dari total penjualan di mana rata-rata transaksi per hari mencapai 25 kali," kata Wasis.

Menurut Wasis, Pegadaian tetap terjun dalam bisnis emas karena sejak jaman dulu emas menjadi barang yang dijaminkan (digadaikan) oleh masyarakat untuk memperoleh uang tunai dari lembaga keuangan itu.

"Sebagian besar atau 97 persen barang jaminan yang diberikan masyarakat berupa emas, jadi Pegadaian tetap menggeluti bisnis ini," kata Wasis.

Terkait adanya investasi bodong emas beberapa waktu lalu yang merugikan masyarakat, Wasis mengingatkan adanya risiko investasi emas. Risiko tersebut antara lain kemungkinan mendapatkan emas palsu, risiko tempat berinvestasi yang tidak kredibel, risiko penyimpanan emas dan risiko fluktuasi harga.

Sementara untuk investasi emas yang menjanjikan imbal hasil yang tinggi, menurut Wasis, masyarakat harus hati-hati agar tidak menanggung rugi akibat adanya pengelola investasi yang memberikan iming-iming mendapatkan imbal hasil yang tinggi.

"Kasus seperti ini yang kemarin sempat ribut-ribut, ini karena pengelola investasi membayar imbal hasil itu dari investor yang baru masuk. Ketika tidak ada investor baru yang masuk maka pengelola tidak dapat membayar imbal hasil itu," katanya.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013