Kami modalnya modal nekat.
Jakarta (ANTARA News) - Para atlet Indonesia yang tergabung dalam Pelatnas tampaknya tidak hanya dibebankan latihan keras menjelang SEA Games Myanmar 2013 yang tinggal delapan bulan lagi, tetapi juga dipusingkan dengan uang saku yang tak kunjung cair.

Demi mengharumkan nama bangsa, Pelatnas yang terus berjalan sementara dana yang tak kunjung cair, memaksa atlet dan pelatih memutar otak untuk menalangi dana selama persiapan. Mulai dari memakai uang pribadi sampai utang sana-sini pun mereka lakukan.

Termasuk I Gede Siman Sudartawa, atlet renang Indonesia spesialis gaya punggung, yang terpaksa harus merogoh koceknya sendiri untuk memenuhi kebutuhan suplemen vitamin, dua jenis protein, celana renang, dan lainnya setiap bulan.

"Janji dan janji, tetapi gajinya tidak juga turun," kata Siman, begitu ia akrab disapa, kepada ANTARA.

Siman yang pada SEA Games 2011 lalu berhasil menyumbang 4 medali emas dan memecahkan 2 rekor SEA Games di nomor 100 meter gaya punggung putra harus mengeluarkan uang sekitar Rp5 juta setiap bulan yang diambil dari bonusnya selama ini. Sementara urusan tempat latihan dan uang makan ditanggung oleh pelatihnya, Albert C. Sutanto.

Mau tidak mau, pikirannya pun terpecah. Saat atlet yang juga berlaga pada Olimpiade London 2012 itu harus fokus latihan, ia juga harus berpikir bagaimana ia mesti berhemat.

"Kalau jadi males latihan sih tidak ... tetapi terus kepikiran saja soalnya mesti hemat-hemat," ujar atlet kelahiran Bali, 8 September 1994 itu.

Padahal, lanjut Siman, apa yang ia lakukan dan teman-teman atletnya tak lain untuk mengharumkan nama bangsa. Namun, jika harus terus-terusan menggunakan biaya pribadi dengan nominal yang juga tidak kecil, ini tentu berat.

"Susah juga masa pakai biaya sendiri terus, kan kita juga mengharumkan nama bangsa. Semoga gajinya cepat keluar dan untuk ke depannya jadi semakin lancar," harap Siman.

Demi anak buahnya, pelatih angkat besi Lukman harus mengeluarkan uang Rp200 ribu per hari untuk setiap atlet. Pelatih yang berbasis di Balikpapan, Kalimantan Timur, itu harus "menghidupi" enam atlet, menalangi biaya makan, suplemen vitamin, kebutuhan recovery.

"Belum lagi kalau mereka sakit," ujar Lukman yang juga menangani atlet-atlet junior itu.

Lukman mengaku terpaksa menggunakan uang bonus yang ia terima setelah sukses membawa anak asuhnya, Triyatno meraih gelar medali perak kelas 69 kg dan Eko Yuli Irawan menyabet medali perunggu kelas 62 kg pada Olimpiade London 2012. Kemenangan keduanya menjadi kebanggaan tersendiri ketika Indonesia, untuk pertama kalinya, gagal merebut gelar dari cabor bulu tangkis yang selama ini selalu menjadi andalan.

"Semestinya pelatih tidak memikirkan lagi seperti itu. Saya mengharapkan perhatian dari pihak-pihak berwenang," kata Lukman.

Ia menambahkan semangat atlet-atlet angkat besi untuk meraih gelar baik di SEA games 2013 maupun Olimpiade 2016 tidak akan pudar namun dukungan dana juga sangat penting.

Dan hutang pun menjadi pilihan bagi Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PB PJSI) yang sudah memulai pelatnas sejak Oktober 2013. Mereka terpaksa harus berhutang dengan hotel karena Pelatnas judo dilaksanakan di Ciloto, Lembah Hijau, Jawa Barat.

Sementara itu, nasib sedikit baik bagi atlet karate yang berhasil mendapat sokongan sementara dari "bapak asuh" mereka, dari sebuah bank BUMN.

PB FORKI yang memasang target juara umum pada SEA Games nanti telah mencanangkan tiga program, yakni tahap persiapan umum, tahap persiapan khusus, dan tahap uji coba pertandingan. Pada tahap uji coba ini, PB FORKI menjadwalkan sembilan turnamen internasional yang akan diikuti. Maka dana dari "bapak asuh" mereka pun belumlah cukup.

"Dana Pelatnas dari pemerintah belum diberikan sama sekali. Kami modalnya modal nekat. Utang sana sini, pengurus PB Forki pun ikut iuran, tetapi kami punya tekad," tegas Ketua Umum PB Forki, Hendardji Soepandji.

Diminta bersabar

Masalah dana pelatnas ini menjadi hal yang terus saja berulang setiap tahunnya.

Pemerintah selalu berdalih lambatnya pencairan dana akibat masalah teknis pencairan. Bahkan tahun ini keterlambatan dana pelatnas semakin parah karena anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga sempat diblokir beberapa waktu oleh Kementerian Keuangan.

Akhirnya, pada awal April Deputi IV bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Djoko Pekik memberi angin segar saat mengungkapkan tanda bintang anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk beberapa dana telah dicabut, termasuk anggaran untuk ISG (Islamic Solidarity Games) dan pelatnas.

Setelah tanda bintang dibuka, Djoko mengatakan dana diharapkan bisa cair pekan itu juga karena tinggal proses berkas syarat yang diperlukan seperti rekening dan NPWP dari atlet dan pelatih. Setelah terkumpul, Kemenpora akan menyerahkan pada Kemenkeu lalu dari Kemenkeu langsung transfer ke rekening mereka.

Namun, lagi-lagi hingga saat ini dana periode Januari-maret 2013 tak kunjung juga sampai pada atlet dan pelatih.

Menpora Roy Suryo, yang pada awal jabatannya sesumbar untuk tetap membidik juara umum pada SEA Games Myanmar 2013, meminta para pengurus induk olahraga untuk bersabar dan tidak perlu resah.

"Akan diatur, mohon sabar. Semua ada mekanismenya, sekarang tidak perlu terlalu resah," ujar Roy, Kamis (11/4) lalu, yang tidak bisa memastikan tepatnya kapan dana akan turun.

Dana yang disediakan pemerintah untuk pendanaan olahraga hanyalah berjumlah Rp550 miliar. Bahkan dari jumlah tersebut, sudah terpotong Rp250 miliar untuk pendanaan Islamic Solidarity Games sedangkan untuk program Indonesia Emas hanya diberikan Rp100 miliar yang akan disebar ke semua cabang olahraga.

Akibat minimnya dana yang disediakan pemerintah, Roy meminta PB/PP aktif untuk mencari sumber pendanaan alternatif seperti menjalin kemitraan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta.

"Kami tentu menyambut dengan baik bila terjadi kolaborasi seperti itu di PB/PP induk olahraga. Harus kreatif mencari bapak angkat," katanya.

Prestasi dan dana bagaikan rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Modal tekad tentu saja akan tidak maksimal jika harus dinodai dengan beban finansial. Maka, target untuk mempertahankan gelar juara umum SEA Games bagai menjadi mimpi belaka jika para atlet dan pelatih dipaksa terus melaju tanpa diberikan "bensin".

Oleh Monalisa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013