Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah terus mencermati naiknya utang luar negeri swasta untuk menghindari kemungkinan gagal bayar (default) dan mengingatkan pengusaha untuk mewaspadai pinjaman luar negeri.

Pemerintah, menurut Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar, terus memantau tingkat utang secara keseluruhan baik utang pemerintah maupun korporasi sebagai upaya menjaga ketahanan perekonomian nasional.

"Kami mencermati bahwa perkembangan tingkat utang yang dilakukan oleh korporasi itu belakangan ini meningkat, antara lain karena memang tingginya pasokan kredit dari luar negeri," kata Mahendra Siregar di Jakarta, Rabu.

Saat ini, ia menambahkan, utang swasta trennya sedang meningkat dan hal ini dapat menimbulkan risiko pembalikan yang bisa memicu instabilitas perekonomian.

Pemerintah harus memantau utang swasta karena pemanfaatannya dapat menimbulkan berbagai risiko (mismatch) dan melahirkan krisis seperti yang pernah terjadi di AS pada 2008.

Pemantauan antara lain dilakukan melalui instrumen pajak. Pemerintah juga sedang mempertimbangkan instrumen lain untuk meningkatkan transparansi pinjaman luar negeri.

"Ini sedang kita lihat lebih lanjut, yang pasti transparansi harus meningkat, jadi kalau ada peminjaman utang dijelaskan asalnya dan peruntukkannya," katanya.

Mahendra mengharapkan dengan adanya kendali tersebut maka pengawasan terhadap peningkatan utang luar negeri swasta dapat ditingkatkan dan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga.

"Jadi jangan tanpa ada kendali sama sekali sehingga risiko sektor keuangan menjadi terbuka," ujarnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia per Januari 2013, total utang luar negeri swasta baik bank maupun bukan bank telah mencapai 125,05 miliar dolar AS.

Sektor keuangan, jasa perusahaan, dan persewaan merupakan kelompok yang paling dominan dalam penarikan utang luar negeri dengan nominal 33,45 miliar dolar AS atau 26,8 persen dari total utang.

Diikuti sektor industri pengolahan/manufaktur sebesar 25,67 miliar dolar AS serta pertambangan dan penggalian sebesar 21,08 miliar dolar AS.

Dari total utang luar negeri swasta tersebut, sebanyak 36,28 miliar dolar AS merupakan utang jangka pendek yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, dan 88,77 miliar dolar AS merupakan utang jangka panjang atau lebih dari satu tahun.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013