Kalau pengrajin tahu-tempe harus membeli kedelai dengan harga pasar maka pengrajin tahu tidak akan memperoleh keuntungan sama sekali, bahkan merugi kalau tidak menaikkan harga jual,"
Bojonegoro (ANTARA News) - Ketua Paguyuban Pengrajin Tahu-tempe Bojonegoro, Jawa Timur, Arifin mengungkapkan anggotanya terancam gulung tikar karena dampak masalah kelangkaan bahan bahan minyak (BBM) solar dan kemungkinan kenaikan harganya serta harga kedelai yang mahal.

"Kalau pengrajin tahu-tempe harus membeli kedelai dengan harga pasar maka pengrajin tahu tidak akan memperoleh keuntungan sama sekali, bahkan merugi kalau tidak menaikkan harga jual," kata Arifin di Bojonegoro, Minggu.

Ia meminta pemerintah mengimbangi rencana menerapkan kebijakan BBM dengan memberikan kedelai bersubsidi kepada pengrajin tahu-tempe.

Terkait dengan kenaikan harga jual tahu-tempe, Arifin mengatakan para pengrajin tahu-tempe tidak akan berani menaikkan harga atau mengurangi porsi karena khawatir tidak laku.

"Pembeli akan lari kalau harga tahu naik atau porsinya menjadi lebih kecil," jelas dia.

Ia menjelaskan keuntungan pengrajin tahu di Desa Ledokkulon dan Ledokwetan, Kecamatan Kota yang berjumlah 50 pengrajin makin berkurang setelah harga kedelai yang semula Rp7.000 per kilogram (kg) naik menjadi Rp7.300 per kg sejak lima bulan lalu.

Menurut dia, adanya kelangkaan solar juga menambah kesulitan pengrajin karena harus menambah pengeluaran untuk menggilingkan kedelai yang besarnya Rp2.000 per enam kg.

"Biasanya pengrajin menggiling kedelai sendiri-sendiri dengan memanfaatkan mesin penggiling berbahan bakar solar," ucapnya.

Menurut dia, mesin penggiling kedelai milik para pengrajin tahu semuanya menganggur tidak dimanfaatkan karena kesulitan memperoleh solar sejak sebulan terakhir.

"Kami belum pernah melapor ke pemerintah mengenai kesulitan memperoleh solar. Rencananya baru akan dibahas pada awal Mei nanti," jelasnya.

Ia menambahkan para pengrajin di desa setempat pernah memperoleh saran dari Ketua Umum Partai Golar Aburizal Bakrie yang intinya agar para pengrajin beralih profesi kalau memang bekerja di industri tahu-tempe sudah tidak menguntungkan lagi.

"Tapi para pengrajin juga tidak tahu harus bekerja apa?. Lain lagi kalau pengrajin tahu bisa memperoleh kedelai bersubsidi yang pernah diperoleh perajin beberapa tahun lalu," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoro Bambang Suharno menyatakan pernah meminta semua SPBU di wilayahnya tetap melayani industri kecil seperti pengrajin tahu.

"Syaratnya industri kecil yang membeli BBM harus memperoleh surat rekomendasi dari Disperindag," jelasnya.
(KR-SAS/A039)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013