Washington (ANTARA News) - Para penyidik tengah memburu "orang-orang berkepentingan" yang mungkin ada kaitannya dengan serangan maut Bom Maraton Boston, kata pihak berwajib seperti dikutip AFP.

"Masih ada 'orang-orang berkepentingan' di Amerika Serikat yang FBI ingin tanyai," kata Ketua Komisi Intelijen Kongres Mike Rogers dalam program "This Week" di televisi ABC.

Dutch Ruppersberger dari Demokrat mengungkapkan para penyidik tengah meneliti percakapan telepon sebelum dan sesudah 15 April di mana dua bom kembar menewaskan tiga orang dan melukai ratusan lainnya.

Dia bersaudara Tamerlan dan Dzokhar Tsarnaev ditetapkan menjadi tersangka. Tamerlan tewas, Dzhokhar masih dirawat di rumah sakit di luar kota Boston.

Kepala Komisi Keamanan Dalam Negeri Kongres Michael McCaul menduga kedua tersangka mendapatkan pelatihan dari para ekstrimis, mengingat tingkat kecanggihan bom yang mereka gunakan.

Para penyidik yakin bom panci tekan Tsarnaev bersaudara diledakkan dari jarak jauh.  Bom jenis ini serupa dengan yang sering digunakan di Pakistan dan Afghanistan.

"Cara mereka menangani perangkat-perangkat ini mengantarkan kami ke keyakinan bahwa ada instruktor (di belakang mereka)," kata McCaul. "Pertanyaannya, di manakah si instruktor atau para instruktor itu berada? Apakah mereka di luar negeri di wilayah Chechen atau di dalam Amerika Serikat?"

Komentar ini disampaikan menyusul laporan pihak berwenang Rusia secara rahasia menjejak percakapan Tamerlan dengan ibunya, Zubeidat Tsarnaeva, yang membincangkan jihad dalam bahasa samar-samar lewat telepon pada 2011.

Penyelidikan kini terfokus pada seorang misterius bernama Misha yang diyakini  berpengaruh pada Tamerlan dan kemungkinan menjerumuskan dia ke jalan radikal.

Baik CIA maupun FBI menepis laporan pihak berwajib Rusia akan adanya serangan teror saat dikontak Rusia pada 2011.  AS juga mengacuhkan laporan Rusia bahwa ibunda Tamerlan adalah ekstrimis religius dan masuk daftar tersangka teroris.

Namun anggota DPR dari Demokrat Adam Schiff menuduh Rusia tidak mengungkapkan semuanya, terutama menyangkut sang ibu. "Kami tak tahu itu.  Kami belum menerima informasi itu dari Rusia," kata dia.

Perhatian kini beralih kepada mengapa pihak berwenang AS gagal mengaitkan semua petunjuk dan mencegah serangan teror itu, jika dikaitkan dengan apa yang selama ini mereka tahu dan belajar dari kesalahan intelijen menjelang Serangan 11 September 2001.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013