Den Haag (ANTARA News) - Beberapa jam lagi Willem-Alexander akan menjadi Raja Belanda.  Dia telah mengubah sosok flamboyan yang sempat dianggap tidak layak bertahta, menjadi seorang pria yang sungguh mencintai keluarga dan dicintai rakyatnya.

Dia sudah mempersiapkan diri untuk meneruskan tahta kerajaan dari ibunya, Ratu Beatrix.

Dalam wawancara beberapa pekan lalu sebelum upacara penobatannya, Willem-Alexander yang Sabtu pekan lalu genap berusia 46 tahun, mengaku menginginkan seorang raja tradisional di abad 21, namun tak ingin terlalu protokoler.

Seperti kisah dalam dongeng saja, Willem-Alexander bertemu dengan puteri pujaan hatinya dalam diri Maxima Zorreguieta asal Argentina.  Dari perempuan ini pula dia mendapatkan banyak popularitas sampai ke pernikahan mereka pada 2002.

Masa lalu ayahanda Maxima yang mantan pejabat junta militer Argentina era 1970-an sempat mengancam hubungan mereka.

Ayahanda Maxima sampai tak diperkenankan menghadiri pernikahan anak perempuannya itu di Belanda, sementara ibundanya dijauhkan demi solidaritas kepada rakyat Argentina.

Kali ini pun keluarga Maxima tidak akan menghadiri upacara penobatan Willem-Alexander di gereja bersejarah di Amsterdam yang sudah berumur 600 tahun, Nieuwe Kerk.

Maxima sendiri telah berupaya keras meraih hati rakyat Belanda, dengan berusaha fasih berbahasa Belanda dan menyentuh hati warga biasa negeri itu.

Pasangan ini dikaruniai tiga anak perempuan, Puteri Catharina-Amalia (9), Alexia (7) dan Ariane (5).  Ketiga puteri ini disayangi rakyat Belanda.

Willem-Alexander yang adalah putera tertua dari tiga bersaudara, mengalami masa sulit selagi remaja, dikirim belajar ke Wales untuk menyelesaikan SMA-nya.

Sekembalinya ke Belanda demi tugasnya di angkatan laut dan kemudian berkuliah, pangeran muda ini muncul sebagai sosok tukang pesta dan pembuat onar sampai-sampai digelari "Pangeran Pils" karena kegemarannya menenggak bir.  Pils adalah kependekan Pilsner, merek bir terkenal dari Bohemia, Ceko.

Namun setelah lulus kuliah pada 1993, dia mulai melanglangbuana dan perlahan mengubah citra negatifnya.

Pada satu wawancara tahun 1997 dia mengaku, "Saya tak begitu ambil peduli dengan citra saya. Namun saya sedih ketika melihat satu foto di surat kabar yang memperlihatkan saya memegang gelas (bir), inilah yang lebih mempengaruhi citra saya ketimbang tahun-tahun berlatih (menjadi raja)."

Pada 1998 dia menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC).  Dia kemudian menjadi spesialis manajemen air yang membuatnya dianugerahi PBB pada 2006 sebagai ketua Dewan Penasehat Sekjen PBB urusan Air dan Sanitasi.

Namun pertemuannya dengan Maxima pada 1999 dan pernikahan mereka pada 2002-lah yang telah mengubah sosoknya menjadi orang yang serius dan pecinta keluarga, sehingga pantas mewarisi tahta.

"Willem-Alexander itu pintar, lembut, dan kuat serta membumi," kata Maxima tentang suaminya seperti dikutip AFP.

Tampil lebih progresif dan lebih dekat kepada rakyat biasa dibandingkan ibunya, Willem-Alexander mengenalkan modernitas kepada keluarga kerajaan dengan lawatan-lawatan luar negerinya dan satu blog online yang dibuatnya.

Begitu menjadi raja kelak, Willem-Alexander akan kehilangan pangkatnya di angkatan bersenjata Belanda, namun sepertinya dia akan terus mengunjungi kapal-kapal perang Belanda, pangkalan udara dan markas tentara seperti dilakukannya sebelum pergi ke Afghanistan dan pantai Somalia di mana angkatan laut Belanda menjadi bagian dari operasi Uni Eropa memberantas bajak laut.

Dia punya lisensi menerbangkan pesawat militer dan sipil yang artinya dia bisa menerbangkan jet komersial. Dia memang terkenal suka menerbangkan pesawat kerajaan, termasuk pesawat-pesawat milik maskapai Belanda, KLM.

Keluarga kerajaan Belanda tak lepas dari kritik publik.  Pada November 2009 Willem-Alexander dipaksa menjual rumah peristirahatannya yang mewah dan tengah dibangun di pantai Mozambiq, karena rakyat melihat tidak elok membangun istana di tengah negeri miskin di Afrika tenggara itu.

Tapi dia mempesona rakyat bulan ini setelah dalam satu wawancara dia bilang, "Kita manusia. Orang pasti berbuat salah. Jika Anda berbuat salah Anda mesti belajar dari kesalahan itu dan Anda mesti memastikan itu tak terjadi lagi."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013