London (ANTARA News) - Siapa pun pengganti Alex Ferguson sebagai manajer Manchester United 
akan dihadapkan pada pencapaian besar yang ditinggalkan Ferguson manakala si pelatih baru itu menatap Old Trafford di sudut besar yang dinamai sang pelatih legendaris MU itu.

Tribun Utara yang berkapasitas 25.500 penonton, di Old Trafford, dinamai The Sir Alex Ferguson Stand, pada November 2011. Ini bukan satu-satunya warisan Sir Alex untuk siapapun penerusnya setelah dia mundur usai berkarya selama 26 tahun bersama Setan Merah.

Old Trafford adalah tempat yang sama sekali berbeda ketika Ferguson tiba di sana 6 November 1986, dan United kala itu sungguh sebuah tim yang berbeda.

Menempati peringkat empat dari bawah di Divisi Satu Inggris, selama 19 tahun klub itu tak pernah memenangi juara liga dan dipaksa bekerja keras dalam ketidakjelasan sementara pesaingnya Liverpool berjaya di liga.

Terlahir sebagai anak tukang kapal dari Glasgow, Ferguson tiba dari Aberdeen dengan reputasi seorang yang menegakkan disiplin dengan keras dan pernah meruntuhkan dominasi Glasgow Rangers dan Celtic yang kerap disebut Old Firm dalam Liga Premier Skotlandia.

Dia dimahkotai juara di Pittodrie setelah mengalahkan si perkasa Real Madrid pada final Cup Winners' Cup di Gothenburg tahun 1983, namun keberhasilannya di United sungguh melewati jalan berliku.

Masa depan Ferguson di klub ini pernah di ujung tanduk manakala United bertandang ke Nottingham Forest untuk menjalani putaran ketiga Piala FA Cup pada Januari 1990, namun sebuah gol dari Mark Robins membuat tuan tamu  melaju sehingga Ferguson tegak menatap.

Lalu kemenangan atas Crystal Palace pada tanding ulang final Piala FA memberi pria Skotlandia ini tropi pertama di Old Trafford untuk kemudian berduyun-duyun disusul dengan sukses-sukses berikutnya sampai mendapat 37 tropi semasa mengasuh klub ini.

Pemarah

Pernah terkenal sebagai penyerang tajam semasa masih menjadi pemain, termasuk dua tahun bersama raksasa Glasgow Rangers, Ferguson dikenal sebagai pelatih yang pemarah.

Dia pernah mengusir para pengunjung pesta dari rumah pesta yang digelar pemain-pemain muda United seperti Ryan Giggs dan Lee Sharpe, sementara striker Mark Hughes pernah kena damprat Ferguson.  Kebiasaan Ferguson memarahi para pemainnya ini disebut dengan hairdryer treatment.

Namun reputasinya yang tukang mengancam ini telah membuat Ferguson berhasil merawat para pemain muda berbakat yang tampil menjadi tulang punggung tim tersuksesnya sepanjang masa, di era David Beckham cs.

Giggs, Paul Scholes, David Beckham, Nicky Butt, Gary dan Phil Neville lahir dari akademi United dan kerap disebut Fergie's Fledglings.  Kebiasaan melahirkan pemain sendiri ini adalah meneruskan tradisi yang telah dibangun di Old Trafford sejak masa manajer legendaris Matt Busby.

United mengakhiri penantian lamanya untuk menjadi juara dengan merebut tropi Liga Premier musim kompetisi 1992-93, sebelum mencatat sukses ganda menjuarai lagi Liga dan Piala FA pada tahun berikutnya.

Tim muda yang dipimpin pemain inspirasional asal Prancis Eric Cantona membuat klub ini menjadi juara lagi pada 1996, sebelum Ferguson menikmati masa terbaiknya pada 1999 manakala United memenangi Treble (tiga tropi juara) meliputi juara Liga, juara Piala FA dan juara Liga Champions.

Dalam kemenangan yang mungkin paling kesohornya itu, United mencetak gol dua kali di masa injuri untuk mengalahkan Bayern Munich 2-1 di Barcelona, yang membuat Ferguson berteriak Football, bloody hell!"

Setelah kemenangan ini dia anugerahi gelar bangsawan "Sir" oleh Ratu Elizabeth II.

Ferguson mesti menunggu sembilan tahun lagi untuk sukses kembali di kancah Eropa setelah menang adu penalti melawan Chelsea di Moskow yang diguyur hujan. Yang dia sesali, di atas dominasinya di kompetisi lokal, United tidak banyak sukses di kancah Eropa.

Sukses juara Liga Champions tahun 2008 itu diraih Ferguson setelah melewati priode transisi dalam mana United secara kontroversial diambilalih pengusaha Amerika Malcolm Glazer.

Pendukung marah kembali pada waktu dominasi domestik United diganggu Chelsea yang dilatih Jose Mourinho, namun Ferguson tetap fokus dan sebagaimana biasa teguh.

Haus kemenangan

Dahaganya pada sukses telah membuatnya senantiasa bisa membaca pemain-pemain mana yang mesti dilepaskan, termasuk Hughes, Beckham, Paul Ince, Jaap Stam, Ruud van Nistelrooy dan bahkan kapten tim yang inspirasional Roy Keane.  Semuanya ditendangnya.

Hanya satu kali Ferguson menolak menjual pemain ketika superstar asal Portugal Cristiano Ronaldo meninggalkan klub ini menuju Real Madrid pada 2009, namun United terus jalan.

Ferguson disebut-sebut sebagai ahli siasat ala teoritisi politik Machiavelli, yaitu menjebak para manajer pesaingnya untuk masuk jebakan-jebakannya.

Dia bersilat lidah dengan sejumlah pelatih lawan, yang paling terkenal dengan Kevin Keegan, Arsene Wenger dan Rafael Benitez, termasuk dengan otoritas sepakbola, namun para manajer yang menjadi kawannya menyanjung kehangatannya.

"Dia adalah orang yang semua manajer bisa berkaca, mereka semua menghormatinya," kata manajer Everton David Moyes yang disebut-sebut berpotensi menggantikannya.

"Bahkan ketika dia tengah bertarung melawan mereka, dia masih punya kerendahan hati dengan minum bersama mereka di akhir pertandingan. Dan dia masih bermartabat dengan menelepon mereka jika mereka dipecat atau tidak melatih. Itu adalah sikap yang diturunkan dari akarnya di Glasgow."

Selama bertahun-tahun, Ferguson telah mengadaptasikan perubahan dalam wajah sepakbola modern, mendelegasikan peran ke barisan tim pelatih yang dipilihnya dan mempercayai sistem yang dia tinggikan.

Jadinya, klub selalu berada di belakangnya.

Old Trafford telah digandakan ukurannya, diperluas menjadi stadion raksasa berkapasitas 75.7000 penonton.

United tak lagi sekadar tim sepakbola, namun sudah menjadi brand global yang mencatatkan sahamnya di bursa efek New York dengan kapitalisasi mencapai 3,17 miliar dolar AS (Rp30,7 triliun).

Banyak dari jutaan penggemar yang tertarik pada United karena sukses klub itu belakangan ini hanya mengenal Ferguson sebagai manajer.

Kendati banyak yang meratapi kepergiannya, klub ini kini telah diilhami oleh tekad Alex Fersguson untuk menang dengan kekuatan amat mendasarnya, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013