Selama ini, rotan mentah diekspor tanpa diolah sehingga nilai tambahnya diperoleh negara lain...
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen meningkatkan nilai tambah rotan sebagai bahan baku industri hilir berbasis argo.

"Dengan meningkatkan nilai tambah rotan, diharapkan mampu menimbulkan multi-efek yang positif dalam skala luas," kata Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Menurut Wamenperin Alex, peningkatan nilai tambah rotan mampu membantu menumbuhkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, peningkatan keterampilan, dan menumbuhkembangkan industri pendukung terkait lainnya.

Dia menyebutkan sekitar 85 persen bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh negara lain seperti Philippina, Vietnam, dan negara-negara Asia lainnya. Daerah penghasil rotan di Indonesia tersebar di Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua.

"Selama ini, rotan mentah diekspor tanpa diolah sehingga nilai tambahnya diperoleh negara lain," katanya.

Karena itu, Alex melanjutkan, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan ekspor rotan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan yang berlaku pada tahun 2012.

Kementerian Perindustrian juga telah mengeluarkan peraturan tentang alur pemetaan (road map) industri furnitur, terutama furnitur rotan. Hal tersebut tertuang dalam Permenperin No. 90 Tahun 2011 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Furnitur Tahun 2012-2016.

Alex berharap program tersebut dapat mendorong berkembangnya industri furnitur rotan di daerah penghasil bahan baku rotan, memberdayakan industri kecil dan menengah furnitur rotan di sentra industri rotan, serta meningkatkan daya saing industri rotan dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya rotan yang ada.

Pewarta:
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013