Jadi berikan jam kerja yang fleksibel
Jakarta (ANTARA News) - Wanita karir yang bekerja di perkantoran, seperti pegawai negeri sipil cenderung memberikan ASI eksklusif pada buah hati dibandingkan perempuan yang bekerja di pabrik.

Menurut hasil penelitian Dr Ray Basrowi MKK dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 48,1 persen wanita karir yang bekerja di kantor memberi ASI eksklusif.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan persentase wanita karir memberi ASI eksklusif yang bekerja di pabrik, yaitu 21,7 persen.

Penelitian tersebut melibatkan 192 responden dari dua pabrik dan empat perkantoran (termasuk institusi pemerintah dan BUMN) di Jakarta.

Ray mengatakan, waktu kerja Pegawai Negeri Sipil yang lebih fleksibel berpengaruh terhadap angka pemberian ASI eksklusif yang lebih tinggi.

"Mereka yang merasa tidak terkekang dengan waktu kerja, cenderung tetap memerah asi, atau membawa anak ke tempat kerja, atau kalau rumah dekat pulang dulu untuk menyusui," jelas Ray pada jumpa pers hasil penelitian Pemberian ASI Eksklusif Pada Perempuan Pekerja Sektor Formal, Selasa.

Hal berbeda dirasakan para pekerja di pabrik yang jam kerjanya sangat ketat, misalnya penggunaan bel untuk mengumumkan jam istirahat.

Ray menyarankan agar setiap kantor memberikan ruangan khusus menyusui atau memompa ASI dan juga menyediakan konselor ASI untuk memberi informasi kepada karyawan yang masih menyusui.

Selain itu, dia menegaskan bahwa wanita karir yang memiliki bayi usia hingga enam bulan harus diberikan waktu kerja yang lebih fleksibel agar dapat memompa ASI di luar waktu istirahat.

"Untuk flexible working hour itu tidak perlu undang-undang, cuma perlu komitmen manajemen dan divisi Sumber Daya Manusia di masing-masing kantor. Ada berapa sih pekerja yang harus menyusui, tidak sampai 10-20 persen total karyawan kan? Jadi berikan jam kerja yang fleksibel," tegas Ray.

Dia mengatakan, bila para petinggi di perkantoran memahami dan mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang ASI Ekslusif, maka tingkat pemberian ASI ekslusif di kalangan wanita karir pun akan meningkat. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, terbukti bahwa hanya 32 persen pekerja sektor formal yang memberikan ASI eksklusif.

Selain itu, faktor individu pun mempengaruhi keputusan untuk memberi ASI eksklusif di tengah kesibukan bekerja.

Wanita karir yang memiliki pendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan memadai seputar ASI cenderung memberian ASI eksklusif selama enam bulan. 56,5 persen ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI memutuskan untuk memberikan ASI eksklusif.

Sementara itu, angka pemberian ASI ekslusif hanya 10 persen pada ibu yang tidak punya pengetahuan memadai.

ASI ekslusif tidak hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga bagi ibu. Hormon oksitosin yang dilepaskan tubuh saat ibu menyusui menolong uterus kembali ke ukuran semula dan mengurangi pendarahan pasca persalinan. Selain itu, menyusui juga mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013