"Saya menggagas buku ini karena rasa cinta, gelisah, dan rindu terhadap Indonesia yang lebih baik. Saya rindu kapan memiliki pemimpin yang amanah, sidiq, fatanah seperti Hamengku Buwono IX,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Buku setebal 462 halaman berjudul "Hamengku Buwono IX: Inspiring Prophetic Leader" yang diterbitkan oleh Ikatan Relawan Sosial Indonesia dibedah di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sabtu malam.

Tampil dalam bedah buku tersebut ketua Umum Ikatan Relawan Sosial Indonesia (IRSI) sekaligus penggagas buku "Hamengku Buwono IX" Parni Hadi, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Mantan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif, pengamat politik Yudi Latif serta sejarawan UGM Djoko Suryo.

Parni Hadi yang juga mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA ini mengatakan gagasan buku bermuatan sejarah serta bunga rampai tersebut berangkat dari kegelisahan serta kerinduan munculnya pemimpin Indonesia yang memiliki sosok layaknya Hamengku Buwono IX.

"Saya menggagas buku ini karena rasa cinta, gelisah, dan rindu terhadap Indonesia yang lebih baik. Saya rindu kapan memiliki pemimpin yang amanah, sidiq, fatanah seperti Hamengku Buwono IX," katanya.

Oleh karena itu, Menurut Parni, pemimpin yang ideal dan layak dipilih pada 2014 adalah yang memiliki sosok serta visi seperti yang dimiliki Hamengku Buwono IX.

"Siapakah dia yang memiliki sosok seperti Hamengku Buwono IX maka layak kita pilih. Hamengku Buwono IX merupakan tipe pemimpin yang benar-benar berjiwa relawan serta jauh dari praktik transaksional," katanya.

Agar dalam penulisan buku tersebut tidak terjebak pada kepentingan individu, Parni mengikutsertakan berbagai tokoh lintas gender, usia, ras, agama, ideologi dan profesi untuk menulis kesaksiann tentang Hamengku Buwono IX.

"Bahkan saya menghadirkan Ngerso dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk mengambil bagian dalam penulisan buku itu," katanya.

Sementara itu, Syafi`i Maarif mengatakan buku tersebut harus digunakan oleh para elite politik sebagai sarana berkaca. Politik saat ini sudah menjadi mata pencaharian dan cenderung transaksional.

"Hamengku Buwono tidak silau dan tertarik dengan uang. Beliau memiliki keteladanan dan zuhud yang kuar biasa," katanya.

Sejarawan UGM, Djoko Suryo mengakui pentingnya buku tersebut. Menurut dia, muatan sejarah di dalamnya dikemas cukup kontekstual dengan kekinian. Serta sesuai keprihatinan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

"Selain memeberikan pengkayaan historiografi mengenai kepemimpinan yang berasal dari keraton Yogyakarta, buku ini memiliki kebaruan dengan mengambil isu profetik," katanya.

Menurut dia keteladanan Hamengku Buwono IX yang dapat diterapkan bagi kaum muda saat ini antara lain tetap melekatkan budayanya meskipun telah bergelut dengan modernitas pada waktu itu.

"Meskipun mengenyam pendidikan jawa dan barat, sehingga memiliki wawasan modern namun tetap berakar kuat pada budaya jawa," katanya.

Mengomentari penulisan buku tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap agar wawasan terkait Hamengku Buwono IX dapat menjadi inspirasi bagi calon pemimpin di masa depan.
(KR-LQH/T007)

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013