Bogor (ANTARA News) - Seekor bayi tapir (Tapirus indicus) betina yang diberi nama Raline lahir di Lembaga Konservasi Ex-Situ (di luar habitat) Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

"Saat ini anak tapir tersebut masih didampingi induknya," kata Humas Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Yulius H Suprihardo.

Bayi tapir itu, kata dia, beberapa waktu lalu lahir dari induk pejantan bernama Ruly, sedangkan betinanya bernama Rani.

Sementara itu, perawat satwa (keeper) tapir TSI Cisarua Sabar menjelaskan bahwa perbedaan menyolok antara induk dan anaknya adalah dari warna kulitnya.

"Tapir dewasa berwarna hitam putih. Sementara tapir yang baru lahir berwarna hitam bergaris garis putus berwarna putih," katanya.

Mengingat masih bayi, kata dia, sesekali satwa itu diberikan makanan berupa pisang.

Ia menjelaskan, satwa unik itu bukan hanya ada di Sumatera, tetapi tapir juga terdapat di Brazil, yang dikenal sebagai "Brazilian tapir".

Ketika masih muda, katanya, tapir mempunyai warna hitam atau cokelat bergaris-garis putus berwarna putih. Sedangkan dewasa berwarna putih dan hitam, gunanya sebagai kamuflase saat berada di hutan.

Hidup satwa tapir soliter (menyendiri), tetapi sewaktu-waktu hidup berpasangan, dan sebagian besar aktif di malam hari.

Masa bunting tapir 400 hari, dan biasanya melahirkan seekor anak, dan jarang hingga dua ekor.

Menurut Yulius Spurihardo, sebagai organisasi yang telah mendapatkan predikat dengan nilai tertinggi untuk lembaga konservasi oleh Kementerian Kehutanan, TSI terus berupaya melakukan kegiatan konservasi, khususnya upaya melestarikan satwa.

"Terutama satwa-satwa langka Indonesia yang hampir punah," katanya.

Pewarta: Andi Jauhari
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013